Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Normalisasi PSSI Agum Gumelar tiba di Kantor PSSI di Senayan Jakarta Rabu siang untuk menggelar rapat perdana.

Agum yang juga Ketua Dewan Penasihat PSSI ini datang sekitar pukul 13.15 WIB dan disambut Sekjen PSSI Nugraha Besoes langsung menuju ruang ketua umum.

Sebelumnya, Agum mengatakan, langkah pertama Komite Normalisasi adalah melaksanakan rapat pertama. Rapat pertama ini berlangsung di ruang ketua umum kantor PSSI.

Kedatangan Agum ini memang ditunggu puluhan wartawan media cetak dan elektronik.

Komite Normalisasi ini terdiri atas satu ketua dengan dibantu tujuh anggota. Tujuh anggota tersebut adalah Joko Driyono, Sukawi Sutarip, Siti Nurzanah, Hadi Rudiatmo, Samsul Ashar, Satim Sofyan, dan Dityo Pramoni.

Komite Darurat Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) memutuskan bahwa sebuah Komite Normalisasi akan mengambil alih Komite Eksekutif PSSI saat ini, demikian menurut "website" (laman) resmi FIFA, Senin (4/4).

"Menyusul kejadian-kejadian terakhir yang berkaitan dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Komite Darurat FIFA memutuskan pada 1 April 2011 bahwa sesuai dengan artikel 7 ayat 2 Statuta FIFA, sebuah Komite Normalisasi akan mengambil alih Komite Eksekutif PSSI saat ini," demikian sebuah pernyataan dalam laman resmi FIFA.

Komite Darurat FIFA memperkirakan kepemimpinan PSSI saat ini tidak dapat mengendalikan persepakbolaan di Indonesia, yang dibuktikan dengan kegagalan mengambil kendali LPI, yang berlangsung tanpa keterlibatan PSSI atau juga kenyataan tidak bisa menyelenggarakan sebuah kongres yang tujuannya untuk mengadopsi sebuah aturan pemilihan dan memilih komite pemilihan.

Disebutkan beberapa misi Komite Normalisasi yaitu untuk menyelenggarakan pemilihan yang berdasarkan aturan pemilihan FIFA dan Statuta PSSI sebelum 21 Mei 2011.

Selain itu, untuk membawa liga di luar PSSI berada dalam kendali PSSI dan juga untuk menjalankan kegiatan sehari-hari PSSI dalam semangat rekonsiliasi bagi kebaikan sepak bola Indonesia.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011