Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Indovesta Utama Mandiri, Rivan Kurniawan, menjelaskan bahwa perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk sudah dalam jalur untuk meraih keuntungan meskipun mengalami rugi bersih pada pos bottom line.

"Kami bisa lihat meskipun GoTo masih mencatatkan rugi bersih secara bottom line akan tetapi dengan rugi EBITDA margin dan juga persentase Contribution Margin (CM) yang semakin kecil maka GoTo sudah di jalur yang tepat untuk mencapai profit,” kata Rivan Kurniawan dalam sebuah video resmi pada Kamis.

Rivan menjelaskan, cara menilai perusahaan teknologi berbeda dengan perusahaan pada umumnya, yakni perlu memahami matriks apa saja yang digunakan untuk memahami bagaimana perusahaan teknologi itu bertumbuh, misalnya matriks Gross Transaction Value (GTV).

Baca juga: Gencar sosialisasi kenaikan tarif, Gojek beri dukungan mitra driver

"Di perusahaan lain ada juga yang menggunakan istilah GMV (Gross Merchandise Value) atau TPV (Total Processing Value). Pengertiannya mirip-mirip meskipun ada perbedaan sedikit,” terangnya.

Secara sederhana, kata dia, GTV di GoTo adalah total transaksi yang diproses dalam ekosistem GoTo. Khusus pada kuartal kedua tahun 2022 saja, GTV GoTo meningkat 39 persen menjadi Rp151 triliun dibandingkan semester pertama tahun 2021. Secara total, setengah tahun ini GTV GoTo tercatat sebesar Rp290,5 triliun atau naik 42 persen dari Rp204,3 triliun pada setengah tahun sebelumnya.

GTV itu turut mendorong peningkatan pendapatan bruto GoTo yang naik signifikan yaitu hampir 100 persen dari Rp5,37 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp10,73 triliun pada semester I 2022. Adapun pendapatan bersih naik 73,3 persen dari Rp1,96 triliun menjadi Rp3,39 triliun.

Matriks penting lainnya dalam menilai perusahaan teknologi adalah Contribution Margin (CM). Secara sederhana CM adalah perhitungan dari revenue (pendapatan) setelah dikurangi biaya-biaya variabel atau variable expenses dari GoTo.

Hasil matriks CM bisa memperlihatkan kepada investor apakah sumber pendapatan (revenue stream) dari GoTo bisa tumbuh melampaui Variable Cost (VC) ke depannya. Saat ini terdapat tiga segmen bisnis sebagai revenue stream GoTo yaitu segmen bisnis on-demand, e-Commerce, dan Financial Technology (Fintech).

"Jika CM GoTo ke depannya positif maka hal ini menandakan VC yang dikeluarkan oleh perusahaan sudah lebih kecil daripada pendapatan yang berhasil didapatkan perusahaan. Membuktikan perusahaan sudah bisa scale-up semua lini bisnisnya secara lebih efisien,” kata Rivan yang juga aktif sebagai Indonesia Value Investor.
 
Dalam laporan keuangan GOTO pada semester I 2022, secara persentase, CM terhadap GTV-nya sudah meningkat 47 basis poin (BPs) menjadi minus 1,3 persen dibandingkan minus 1,8 persen pada semester I tahun sebelumnya.

Dengan demikian, kata Rivan, mengecilnya persentase CM terhadap GTV memperlihatkan bahwa GoTo berada di jalur yang positif. Dalam Earnings Call, GoTo memprediksi CM secara keseluruhan akan menyentuh angka positif pada kuartal pertama 2024. Hal itu dimulai dari positifnya CM terhadap GTV dari segmen bisnis on-demand pada kuartal pertama 2023, disusul segmen e-Commerce pada kuartal keempat 2023.

"Tapi perlu tahu juga CM yang nantinya positif bukan berarti bottom line perusahaan akan langsung hijau,” kata Rivan.

Matriks lain yang perlu dipahami, lanjut Rivan, adalah EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). Dalam dua kuartal berturut-turut yaitu kuartal pertama dan kedua tahun 2022, GoTo memperkecil rugi EBITDA dari negatif 4,6 persen pada kuartal empat 2021 menjadi negatif 3,4 persen pada kuartal pertama 2022, dan negatif 2,8 persen pada kuartal kedua 2022.

"Artinya lini (segmen) bisnis GoTo semakin efisien dan monetisasi pada segmen on-demand, e-Commerce juga semakin meningkat seiring kenaikan persentase take rate,” tuturnya.

Di segmen bisnis on-demand, GoTo mencatatkan take rate sebesar 21,6 persen pada semester I tahun 2022 dibandingkan 19,9 persen pada semester I tahun 2021. Di segmen bisnis e-Commerce, take rate meningkat menjadi 3,1 persen pada setengah tahun ini dibandingkan 2,4 persen pada setengah tahun sebelumnya.

Pada matriks EBITDA, GoTo menggunakan metode EBITDA yang disesuaikan atau adjusted EBITDA. Adapun faktor pendukung pertumbuhan GoTo dari sisi CM dan EBITDA salah satunya datang dari sinergi cross selling platform Gojek dengan Tokopedia.

Baca juga: Menparekraf dukung Pohon Kolektif GoGreener untuk serap jejak karbon

Baca juga: Kemenparekraf - Gojek ingin wujudkan pariwisata yang berkelanjutan

Baca juga: GoTo dapat predikat "Outperform" dari Macquarie

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2022