Lebak (ANTARA) -
Nilai perputaran uang hasil tangkapan nelayan Kabupaten Lebak,Banten tahun 2022 menembus Rp120 miliar dengan produksi 6.500 ton dari 11 Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
 
"Perputaran uang sebesar itu maka pendapatan nelayan dari 3.675 orang dengan rata-rata Rp2,4 juta/bulan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Rizal Ardiansyah di Lebak, Kamis.
 
Tangkapan produksi ikan laut di Kabupaten Lebak fluktuatif dan tergantung alam.
 
Mereka nelayan tidak melaut jika kondisi gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan.
 
Kondisi seperti itu tentu tangkapan ikan relatif kecil, bahkan nelayan tidak berani melaut untuk menghindari kecelakaan laut.
 
Selama dua tahun terakhir ini, kata Rizal, cuaca buruk melanda Perairan Selatan Banten atau Samudera Hindia, sehingga berdampak terhadap produksi tangkapan.
 
Produksi tangkapan tahun 2022 menembus 6.500 ton dengan nilai perguliran uang Rp120 miliar, sehingga pendapatan nelayan rata-rata Rp2,4 juta/bulan/nelayan.
 
Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Lebak berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, karena pendapatan Rp2,4 juta/bulan masih relatif kecil dan hanya mencukupi kebutuhan makan keluarga.
 
Saat ini, kata dia, hampir setiap hari harga bahan pokok terjadi lonjakan, sehingga perlu ditingkatkan produksi tangkapan.
 
Karena itu, Pemerintah Kabupaten Lebak tahun 2023 menyelenggarakan pelatihan bimbingan teknis (Bimtek) cara penanganan ikan dengan baik.
 
Pelatihan bimtek itu, kata dia, melibatkan sebanyak 30 nelayan.
 
"Kami berharap dengan bimtek itu maka nelayan bisa menangani proses
 
Penanganan ikan yang baik dan berkualitas sehingga memiliki nilai jual tinggi, karena kondisi ikan tetap segar dengan penyimpanan alat tong dengan menggunakan es," katanya menjelaskan.
 
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Lebak juga menyalurkan bantuan sarana dan prasarana alat tangkap untuk delapan kelompok nelayan.
 
Selain itu juga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan bantuan sarana alat tangkap untuk dua kelompok nelayan.
 
Bantuan prasarana alat tangkap itu mulai mesin tempel, mesin lainnya hingga jaring.
 
"Kami meyakini bantuan untuk nelayan itu dalam upaya meningkatkan produksi tangkapan yang bermuara kesejahteraan nelayan, sehingga mampu mengatasi kemiskinan ekstrem,"kata Rizal.
 
Ia mengatakan, populasi tangkapan ikan di Perairan Selatan Banten atau Samudera Hindia terdiri dari ikan tenggiri, tongkol, tuna, kakap, cumi-cumi, cakalang, dan layur.
 
Saat ini, harga lelang ikan tuna, cakalang, dan layur, cukup tinggi hingga kisaran Rp60 ribu sampai Rp90 ribu/kilogram.
 
Biasanya, kata dia, jika musim migrasi ikan-ikan kecil dari Benua Australia dan Afrika dipastikan produksi tangkapan ikan melimpah.
 
Saat ini, kata dia, sebagian besar nelayan Kabupaten Lebak masih tradisional dengan menggunakan perahu kincang sekitar 850 unit dan 100 kapal berbobot 10 GT.
 
"Kami minta nelayan jika tangkapan ikan andalan itu melimpah, maka menyisihkan keuntungan untuk bekal hidup keluarga saat tidak melaut akibat cuaca buruk, sehingga tidak terjerat utang," kata Rizal.
 
Sementara itu, Amin (40) seorang nelayan TPI Binuangeun, Kabupaten Lebak ,mengaku selama ini tangkapan ikan relatif kecil akibat cuaca buruk tersebut.
 
Bahkan, dirinya sejak sepekan terakhir tidak melaut.
 
"Kami berprofesi nelayan sudah 20 tahun dan bisa menghidupi tiga anak dan isteri, bahkan semua anaknya lulus pendidikan SLTA," katanya.

 
Baca juga: Pemerintah dorong hilirisasi produksi Hidrolisat Protein Ikan
 
 
 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023