Singapura (ANTARA News) - Orientasi pencapaian target pertumbuhan ekonomi tanpa batas hanya menjadi jalan menuju bunuh diri buat semua penghuni planet Bumi. "Para ekonom mengira ekonomi bisa terus tumbuh, bahkan mereka mengira ekonomi harus senantiasa tumbuh dari tahun ke tahun. Tapi pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara terus menerus tanpa henti, hanyalah proses bunuh diri yang akan membahayakan semua orang yang hidup di dunia ini," kata pakar biologi sekaligus aktivis lingkungan hidup dari Kanada, David Suzuki dalam pidatonya yang disampaikan pada hari kedua konferensi B4E Global Summit 2008, di Singapura, Rabu pagi. Dalam konferensi B4E Global Summit 2008 ini, kalangan bisnis dan sektor swasta bersama-sama dengan perwakilan pemerintah dan LSM membahas isu transformasi industri menuju "ekonomi hijau" ("green economy"), yakni ekonomi yang memperhatikan aspek lingkungan hidup terkait dengan fenomena perubahan iklim. Suzuki yang telah menulis buku bertajuk "Sacred Balance" pada tahun 1997 ini mengingatkan bahwa target pertumbuhan ekonomi yang selalu dilihat dari kenaikan GDP tiap-tiap negara adalah sebuah ilusi, "Kita berilusi bahwa dengan ekonomi yang terus tumbuh dari sisi GDP, maka orang di dunia ini semakin kaya dan kaya dari tahun ke tahun." "Padahal sebenarnya kita tidak mencapai tingkat kekayaan yang lebih banyak, yang terjadi hanyalah merusak warisan yang seharusnya menjadi milik anak cucu kita kelak, apalagi kalau bukan Bumi yang layak untuk dihuni," ujar pria kelahiran 24 Maret 1936 ini. Menurut Suzuki, dunia bisnis dan politik selama ini terus saja menolak fakta yang telah dipaparkan oleh para ahli dunia tentang fenomena perubahan iklim dan berbagai bahaya yang akan datang menyertai iklim global yang berubah. "Selama ini kita selalu punya alasan untuk berkilah. Para pengusaha selalu bilang, `Kita tidak mampu membiayai ekonomi yang hijau, ekonomi yang ramah lingkungan`, lalu kita membalikkan punggung kita terhadap berbagai peringatan dan informasi dari para pakar lingkungan soal perubahan iklim," katanya. Berbagai media massa di Amerika Utara juga, lanjut Suzuki, pada tahun 1990-an masih tidak memandang isu perubahan iklim sebagai isu yang layak untuk diberitakan ("news worthy"), "Yang diberitakan oleh media kita adalah Brad Pitt, Britney Spears, dan kita begitu terobsesi memberitakan mereka selama beberapa pekan bahkan beberapa tahun," kata Suzuki. Sementara di lain pihak, kebanyakan orang di dunia masih saja tidak melihat fenomena perubahan iklim seserius para ilmuwan yang sejak era 90-an memperingati betapa dahsyat kerusakan akibat berubahnya iklim global ini terhadap umat manusia. "Kenapa kita tidak bisa melihat perubahan iklim seperti para ahli melihatnya?" kata Suzuki retorik. "Pertama adalah karena populasi. Selama 100 tahun terakhir kita telah berubah dari manusia desa menjadi manusia urban atau perkotaan," kata pria keturunan Jepang ini. Ledakan populasi selama 100 tahun terakhir telah mengubah drastis gaya hidup penduduk Bumi, karena sekarang mayoritas orang tinggal di kota bukan lagi di desa sebagai petani. "Pada tahun 2000-an, kita telah berubah menjadi spesies perkotaan, dan kita tidak lagi memandang penting aspek lingkungan hidup kita," katanya. Faktor lain yang membuat mayoritas pihak tidak memandang perubahan iklim sebagai isu yang serius adalah karena ekonomi ditempatkan di posisi pertimbangan yang lebih tinggi daripada ekologi. "Ketika kita menempatkan ekonomi di atas pertimbangan ekologi, maka kita mendapatkan masalah yang sangat serius," katanya meningatkan. Suzuki merinci, pertimbangan ekonomi yang berada lebih tinggi daripada aspek ekologi telah menempatkan hutan, air, udara, dan tanah sebagai faktor eksternal dari perhitungan ekonomi. "Ketika hutan melindungi kita dari tanah longsor, dan ketika kita menghirup udara bersih, menelan air bersih sebagai faktor yang eksternal dari perhitungan ekonomi ... Kita telah menempatkan apa-apa yang telah diberikan oleh alam kepada kita sebagai sesuatu yang tidak perlu dihargai," kata dia. Suzuki percaya solusi bagi masalah ini adalah dengan mengembalikan orientasi utama penduduk Bumi kepada persediaan air yang bersih, udara yang layak hirup, dan energi yang terbarukan (sinar matahari), bukan cuma pertumbuhan ekonomi berdasarkan angka GDP yang terus naik dari tahun ke tahun. "Dan perubahan itu tidaklah terlalu sulit, semua ada solusinya," kata pemilik situs www.davidsuzuki.org ini. "Asalkan kita semua mau serius menghadapi perubahan iklim ini dan melakukan perubahan di setiap sisi kehidupan kita," demikian Suzuki.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008