Jakarta (ANTARA News) - Prospek iklan di media telekomunikasi seperti telepon seluler di tanah air ke depan diperkirakan semakin tumbuh besar seiring meningkatnya kepemilikan alat komunikasi tersebut di masyarakat. Presiden Asosiasi Perusahaan Periklanan Internasional atau Internasional Advertising Asosiastion (IAA), Indra Abidin di Jakarta, Kamis, menyatakan, belanja iklan pada 2008 tumbuh sebesar 25 persen dengan kontributor terbesar adalah di bidang telekomunikasi. Saat ini, tambahnya, dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan yang menggunakan telepon genggam mencapai 100 juta dan angka tersebut akan bertambah hingga mencapai 150 juta. "Iklan di telepon seluler akan menjadi pangsa yang besar. Bahkan belanja iklan 15-20 persen akan masuk ke bidang telekomunikasi," kata Indra yang baru dilantik pada 7 April 2008 dalam World Congress ke 41 IAA di Washington DC Amerika Serikat. Dia mengakui, saat ini belanja iklan terbesar masih diraup oleh media televisi yakni 60 persen, koran sebanyak 25 persen dan selebihnya pada majalan, tabloid, radio serta media lainnya. Namun, tambahnya, dengan kemampuan telepon seluler yang bisa menangkap siaran televisi maupun radio maka orang bisa menyaksikan televisi maupun mendengarkan radio bahkan mengakses internet hanya lewat telepon genggam. Indra yang juga Presiden Direktur perusahaan periklanan PT Fortune Indonesia, mengungkapkan, dengan kemudahan-kemudahan tersebut "mobile marketing" akan menjadi ledakan besar pada masa mendatang. Apalagi konsumen akan bisa menciptakan iklan sendiri dalam media "mobile" tersebut tanpa melalui jasa perusahaan periklanan. Namun demikian, menurut dia, di sisi lain kemudahan-kemudahan tersebut akan memunculkan persoalan berkaitan dengan etika dan moral dalam beriklan karena setiap orang bisa menciptakan iklan sementara mereka belum tentu memahami etikanya. Terkait dengan itu dia mengungkapkan, saat ini masih banyak didapati perusahana periklanan yang membuat iklan tanpa mematuhi etika dan moral bahkan dari sekitar 7000 perusahaan periklanan yang ada di Jakarta hanya 300 yang menaati etika periklanan. "Hal itu disebabkan tidak ada kewajiban perusahaan periklanan menjadi anggota PPPI (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia), sehingga mereka tidak mendapatkan pembinaan terkait etika dan moral beriklan," katanya. Menyinggung langkah yang akan dilakukannya sebagai Presiden IAA periode 2008-2010, Indra mengatakan, akan memperkuat kehadiran IAA di wilayah Afrika, Amerika Selatan serta kawasan Asia Pasifik. Saat ini IAA memiliki 4.000 anggota baik perorangan, korporasi, organisasi dan lembaga serta cabang yang tersebar di 79 negara yang mana ditargetkan meningkat menjadi 6000 anggota di seluruh dunia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008