Semarang (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault menolak pengunduran waktu penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di Kalimantan Timur pada November dari jadwal semula Juli 2008. Ditemui sebelum berbicara di Undip Semarang, Jumat, Menpora menegaskan, bila Panitia PON XVII Kaltim tidak siap menyelenggarakan kejuaraan multieven itu tepat waktu, pemerintah pusat akan mengambil alih. "Nggak ada penundaan. Pemerintah tidak mengizinkan ditundanya penyelenggaraan PON," katanya. Menurut dia, bila penyelenggaraan PON XVII ditunda dari jadwal semula 6-17 Juli pada November, kerugian terbesar bakal dialami daerah-daerah yang sejak lama menyiapkan diri dengan memakan biaya besar. "Berapa banyak lagi biaya yang dikeluarkan untuk pelatda (kalau PON ditunda). PON tidak bisa ditunda," Adhyaksa menegaskan. Menurut dia, penyelenggara PON XVII sejak awal tidak berkoordinasi dengan pemerintah pusat karena itu bila sekarang terjadi masalah persiapan, segala konsekuensinya harus diambil penanggung jawab. "Saya sudah berbicara pada Bu Rita (Rita Subowo yang juga Ketua Umum KONI) selaku penanggung jawab PON bahwa PON XVII tidak bisa ditunda," katanya. Ditegaskannya, pemerintah tidak menyetujui pemindahan sebagian atau seluruh even pertandingan. "Kalau memang tidak siap, pemerintah akan mengambil alih," katanya. Penegasan Menpora disampaikan menanggapi usulan Ketua Bidang Pertandingan Panitia Besar (PB) PON Kaltim, Harbiansyah Hanafiah, agar PON XVII diundur hingga bulan November 2008. Sikap Jateng juga serupa, seperti disampaikan Wakil Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Konida I Jateng, Mugio Hartono. Dalam satu bulan Jateng mengeluarkan dana sekitar Rp2 miliar untuk latihan atlet, sehingga kalau diundur empat hingga lima bulan tentunya biayanya akan membengkak Rp10 miliar. "Kita tidak setuju diundur karena sudah melakukan persiapan bertahun-tahun hanya untuk PON XVII yang diadakan Juli 2008. Kalau kemudian mundur hingga November 2008, lantas bagaimana dengan persiapan yang selama ini dilakukan," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008