Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belum berniat turun tangan untuk membantu penyelesaian konflik PKB dan mempersilakan partai itu menyelesaikan konflik mereka secara internal. "Mereka pintar-pintar, pasti bisa," kata Ketua PBNU Ahmad Bagdja setelah menjadi pembicara dalam halaqah para Muktamar Luar Biasa PKB yang digelar kubu Muhaimin Iskandar di gedung PBNU, Jakarta, Jumat. PBNU, kata Bagdja, hanya meminta agar konflik di PKB dibatasi sehingga tidak merembet ke NU. Menurut dia, PBNU baru bersedia menjadi penengah jika memang kedua pihak yang bertikai sama-sama meminta PBNU turun tangan. "Sekarang baru pihak Muhaimin (yang meminta)," katanya. Ditanya soal kehadirannya ke acara kubu Muhaimin, Bagdja menegaskan, kedatangannya tidak terkait dengan dukung-mendukung, ia hanya memenuhi undangan. "Kalau di sana (kubu Gus Dur) ada acara dan kita diundang, kita pasti datang juga," kata mantan anggota Tim Lima PBNU yang dulu bertugas mempersiapkan kelahiran PKB tersebut. Ditanya kemungkinan PKB terganjal ikut Pemilu 2009 karena berpengurusan ganda, mantan ketua umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu menyatakan, hal itu tentunya harus dipikirkan pihak-pihak yang bertikai di PKB. "Kalau berpikiran cerdas dan benar-benar memikirkan PKB mestinya tahu kalau terus bertengkar tidak bisa ikut pemilu. Buat apa bikin partai kalau tak bisa ikut Pemilu," katanya. Ditanya apakah PBNU tak merasa sayang jika PKB tak bisa ikut Pemilu, Bagdja mengatakan, selama 10 tahun sejak kelahirannya PKB telah berubah total, pola rekrutmen tidak jelas dan peran Gus Dur yang terlalu dominan. "Gus Dur itu tokoh besar, seharusnya mengurusi pekerjaan besar seperti demokrasi, kemanusiaan, perdamaian dan lainnya. Kalau digandoli terus untuk mengurus PKB, kan kasihan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008