Jakarta (ANTARA News) - Michael Indonesia Idol dan Edo Kondologit akan tampil satu panggung dalam pementasan sastra lisan Papua berjudul "Nug Nug Wan" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada 2-3 Mei. Michael yang akrab disapa Mike "Idol" akan berperan sebagai Haro berpasangan dengan Putri Nere, Miss Persahabatan 2006 yang berperan sebagai Aihoi. Sedangkan Edo Kondologit, pemuda asal desa Klapot, Sorong, Papua, mendapat peran sebagai pencerita. Pertunjukan "Nug Nug Wan" merupakan cerita rakyat dari Tobati Enggros Jayapura, Papua, yang diekspresikan dalam bentuk seni pertunjukan. Salah satu seni tradisi itu menceritakan kehidupan pasangan suami istri, Haro dan Aihoi. Mereka adalah satu-satunya pemilik kolam ikan di desa dan sering menyajikan ikan pada tamu yang berkunjung ke rumah mereka. Masyarakat desa akhirnya mengetahui hal ini dan dua orang tuan tanah menghancurkan kolam tersebut. Pada akhirnya kolam ikan yang selama ini dimonopoli keluarga Haro dan Aihoi dapat dikuasai para tuan tanah dan dibagikan pada masyarakat untuk dinikmati. "Pementasan ini dalam rangka mengenalkan potensi seni budaya Papua dan Papua Barat agar semakin dikenal luas masyarakat Indonesia. Hal ini juga upaya kami (warga Papua) untuk melestarikan seni budaya tradisi bangsa sendiri di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan masuknya budaya modern," kata Edo Kondologit. "Nug Nug Wan" digarap sepenuhnya oleh pemuda-pemudi asal Papua yang tergabung dalam komunitas seni Papua Art Center Entertainment (PACE) yang didukung Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Pementasan ini disutradarai Jefri Z Nendissa, penata musik Decky Mamoribo, dan Fahmi Alatas. Pada hari kedua pementasan hari pertama, Jumat (2/5) pementasan dikhususkan untuk 100 pelajar SMA se-Jabotabek dalam rangka Prgram Apresiasi Seni Pertunjukan. Manajer Produksi Pementasan, Tia Samsudin mengatakan generasi muda di Papua kini tengah berupaya melestarikan seni tradisi Papua, salah satunya sastra lisan "Nug Nug Wan" yang biasanya dituturkan orang tua pada anak-anaknya. "Pemerintah daerah di Papua kurang konsentrasi dalam menggarap pelestarian seni tradisi Papua, sedangkan Dewan Kesenian Tanah Papua juga memiliki sumber daya manusia yang terbatas sehingga mereka belum bisa berperan optimal," katanya. Tia mengatakan setelah dipentaskan di Jakarta, cerita "Nug Nug Wan" akan dipentaskan kembali di Jayapura dan Biak. "Ada banyak nilai positif dari sastra lisan Nug Nug Wan, di antaranya tentang budi pekerti yang luhur, etika pergaulan sehari-hari, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan," demikian Tia. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008