Makassar (ANTARA News) - Harga minyak tanah bersubsidi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan masih tetap tinggi dan bervariasi antara Rp2.500 hingga Rp4.000 per liter, padahal harga resminya hanya Rp2.300/liter. "Harga minyak tanah sebenarnya sudah tidak terjangkau lagi oleh masyarakat kecil seperti saya, tapi mau apa lagi karena kita sangat membutuhkannya, terpaksa harus beli," kata Ny Serli (45) seorang ibu rumahtangga beranak lima yang tinggal di Perumnas Tamalatte, Makassar, Senin. Untuk mendapatkan minyak tanah di pangkalan, masyarakat harus antri dan belum tentu mendapatkannya karena biasanya stok pangkalan habis sebelum antrian selesai dilayani. "Kalau sudah di pengecer, harga bisa melambung lagi sampai Rp3.000 bahkan ada yang Rp4.000/liter," ujarnya. H. Bedu, salah seorang pemilik pangkalan minyak tanah di kota Makassar membenarkan bahwa harga rata-rata minyak tanah saat ini mencapai Rp2.500/liter. Naiknya harga minyak tanah terkait dengan rencana pemerintah melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas. "Biasanya saya dapat jatah seminggu dua kali, sekarang ini hanya seminggu satu kali. Akibatnya, antrian warga tidak bisa dihindarkan walaupun harga sudah naik," kata Bedu. Di kawasan Tamalatte, antrian warga pada pangkalan minyak tanah menjadi pemandangan yang sering terjadi sehingga pemilik pangkalan memberikan jatah paling banyak lima liter setiap orang. Sementara itu di Maros, harga minyak tanah juga melambung. Di Kecamatan Moncongloe, misalnya, minyak tanah dijual pedagang Rp3.500 hingga Rp4.000 per liter. Indri, seorang pedagang di kawasan tersebut mengatakan, minyak tanah yang dijualnya dengan harga antara Rp3.300 hingga Rp3.500 per liter itu sudah berlangsung sepekan terakhir. "Apalagi ketika adanya berita di koran dan televisi bahwa pemerintah mau naikkan harga BBM, sisa minyak yang ada saya naikkan lagi menjadi Rp3.400 hingga Rp4.000 per liter," ujarnya. Humas PT. Pertamina Unit Pemasaran Sulawesi, H Najamuddin mengatakan bahwa harga dan suplai minyak tanah ke masyarakat Kota Makassar tetap normal. Ia mengatakan bahwa distribusi minyak tanah saat ini telah ditangani langsung oleh Pertamina tidak lagi melibatkan pihak ketiga. Akan tetapi disparitas yang sangat tinggi antara harga minyak tanah untuk masyarakat dan untuk industri, menyebabkan ada oknum-oknum yang menjual minyak tanah bersubsidi kepada pihak industri. "Ini terjadi karena keuntungannya cukup menarik, sebab harga minyak tanah di masyarakat umum hanya Rp2.300/liter sedangkan harga untuk industri mencapai sekitar Rp9.000/liter," ujarnya dalam sebuah wawancara televisi.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008