Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perbankan, Kostaman Thayib, menilai bahwa perbankan pada tahap pertama akan melakukan efisiensi setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) senilai 25 basis akibat tingginya laju inflasi "year on year" (tahunan). "Efisiensi merupakan kebijakan yang paling moderat, terutama dalam perhitungan `cost of fund` (biaya dana), untuk perbankan dalam menghadapi kenaikan BI Rate agar target kredit yang dicanangkan tetap tercapai," katanya di Jakarta, Selasa. BI pada pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) siang ini memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan "BI Rate" sebesar 25 basis poin menjadi 8,25 persen dari sebelumnya 8,00 persen. Ia mengatakan, kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin sudah diperkirakan sebelumnya, bahkan kenaikan itu diperkirakan akan berlanjut pada bulan berikut yang didukung oleh kenaikan inflasi Mei 2008. Laju inflasi Mei 2008 diperkirakan akan meningkat dibanding bulan sebelumnya, apabila pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak, katanya. Pemerintah, lanjut dia, berencana menaikkan harga bahan bakar minyak, akibat gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia yang saat ini berada di atas 120 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak mentah dunia mengakibatkan defisit anggaran pemerintah semakin membengkak, karena itu pemerintah meminta kepada masyarakat agar memaklumi kondisi yang sulit ini, katanya. BI Rate, menurut dia, pada bulan berikutnya akan kembali meningkat namun belum dapat dikatakan berapa besar kenaikan itu karena harus melihat dulu laju inflasi itu. "Kami optimis BI akan menaikkan suku bunga acuan itu, namun belum bisa dipastikan berapa basis poin kenaikan itu," ucapnya. Apabila kenaikan itu terjadi, lanjut dia perbankan kemungkinan akan menaikkan suku bunga kreditnya, karena biaya dana perbankan akan semakin besar apabila tidak menaikkan suku bunganya. Pengamat perbankan lainnya, Edwin Sinaga juga mengatakan, kenaikan BI Rate oleh BI sebesar 25 basis poin dinilai wajar dalam upaya mengantispasi laju inflasi yang terus meningkat. BI Rate diperkirakan akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini yang diperkirakan berada pada kisaran antara 8,75 sampai 9 persen, katanya. Ditanya mengenai ekonomi nasional, menurut dia, pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat yang pada gilirannya membuat daya beli masyarakat semakin berkurang. Namun semua ini terjadi tidak hanya Indonesia, hampir semua negara bahkan Amerika Serikat mengalami hal yang sama, katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008