Amiens, Prancis, (ANTARA News) - Paris St Germain membutuhkan gol akhir untuk membukukan kemenangan 1-0 lawan tim divisi dua Amiens dan maju ke finalk Piala Prancis, Selasa, setelah pertandingan sempat dihentikan karena gas air mata dilemparkan ke tengah lapangan. Petugas keamanan mengatakan gas air mata itu berasal dari luar lapangan, tempat yang digunakan polisi menampung pendukung PSG yang tidak memiliki tiket. Pertandingan dihentikan ketika pertandingan baru berlangsung sekitar 30 menit dan dihentikan sekitar 10 menit. Insiden lain dilaporkan tidak ada setelah itu. Pemain pengganti di lini depan, Yannick Boli, menciptakan gol tunggal itu lewat permainan sendiri dengan berlari ke arah gawang 12 menit menjelang pertandingan usai. PSG, yang selalu menjadi berita besar karena ulah pendukungnya, berada di tangga ketiga dari bawah dalam klasemen kompetisi liga, dengan sisa dua pertandingan dan posisinya dalam kondisi berbahaya terancam terdegradasi dari kompetisi divisi satu. "Memenangi pertandingan di sini dengan tim yang sama merupakan penampilan utuh kami," kata pelatih Paris, Paul Le Guen, yang tidak menurunkan beberapa pemain handal yang dipersiapkan ke kompetisi liga. "Kami bergembira di kamar ganti, namun kami harus memusatkan perhatian ke pertandingan Sabtu (pertandingan liga kandang melawan St Etienne)," katanya. Pimpinan sementara kompetisi Liga, Lyon, sedang mengincar gelar ganda pertama, liga dan Piala Prancis, akan menjamu tim divisi dua Sedan pada pertandingan semifinal kedua, Rabu. PSG akan bertemu dengan pemenangnya pada final 24 Mei di Stade de France. Klub ibukota itu mengalahkan Racing Lens 2-1 pada final Piala Liga, Maret lalu, namun pertandingan final yang juga dilangsungkan di Stade de France diwarnai dengan pengibaran spanduk berisi kata kotor oleh pendukung mereka. Akibat ulah pendukung mereka, klub itu dilarang mempertahankan gelar mereka pada kompetisi Piala Liga musim mendatang. Ketika ditanya apakah masih akan ada insiden pada pertandingan final Piala Prancis, Ketua Klub Simon Tahar mengatakan, "Pertandingan final itu merupakan pesta, jadi tidak akan ada yang menodainya."(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008