Chicago, (ANTARA News) - Perempuan yang berhenti merokok akan memperoleh manfaat besar dalam kesehatannya lima tahun kemudian namun masih butuh waktu puluhan tahun untuk memperbaiki kerusakan organ pernafasan dan menurunkan risiko kanker paru-paru, ungkap para peneliti, Selasa. Lima tahun sejak berhenti merokok akan menghasilkan pengurangan sebanyak 13 persen risiko kematian akibat semua penyakit, termasuk yang disebabkan kelainan jantung dan pembuluh darah. Setelah 20 tahun berhenti merokok, maka risiko kematian akibat berbagai penyakit tersebut telah turun hingga sama dengan orang yang tidak pernah merokok, menurut studi peneliti tersebut sebagaimana dilaporkan Reuters. Studi tersebut juga mendapati bahwa perempuan yang mulai merokok di usia lebih dewasa, memiliki risiko lebih kecil terserang berbagai penyakit paru-paru dan jantung. "Temuan kami menunjukkan bahwa 64 persen kematian pada perokok serta 28 persen kematian pada mantan perokok, ternyata disebabkan merokok," kata Stacey Kenfield dari Harvard School of Public Health di Boston dan para koleganya dalam laporan yang diterbitkan Journal of the American Medical Association. "Berhenti merokok mengurangi laju kematian yang disebabkan semua penyebab utama akibat merokok," tulis mereka. Pada 5 -10 tahun setelah berhenti merokok, terdapat penurunan sebesar 18 persen atas risiko kematian yang disebabkan penyakit pernafasan. Jika tingkat risikonya ingin sama dengan mereka yang bukan perokok, perlu waktu hingga 20 tahun. Terjadi pula penurunan risiko kanker paru-paru sebesar 21 persen bagi perempuan yang sudah lima tahun berhenti merokok, namun agar tingkat risikonya sama dengan yang tidak merokok, perlu waktu 30 tahun. Temuan-temuan itu adalah hasil terbaru dari penelitian terhadap lebih dari 121 ribu perawat di Amerika Serikat yang catatan kesehatannya direkam mulai tahun 1976. Menurut para peneliti tersebut, pada tahun 2000 terdapat lima juta kematian prematur yang disebabkan merokok. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, kematian yang disebabkan tembakau akan mencapai tiga juta jiwa per tahun di negara industri dan tujuh juta jiwa di negara-negara sedang membangun.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008