Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Kamis pagi, melemah 26 poin ke posisi Rp9.255 per dolar AS, dari sebelumnya Rp9.229, karena pelaku masih membeli greenback atau dolar AS menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia. "Harga minyak mentah dunia berada di atas angka 123 dolar AS per barel yang mendorong pelaku pasar lebih aktif membeli dolar AS," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah dunia itu, karena meningkatnya permintaan dari negara-negara berkembang dan China yang didukung pula oleh kenaikan harga bahan pangan. Harga minyak mentah ringan light sweet AS di pasar dunia naik 23 sen menjadi 123,76 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak mentah itu, lanjut Edwin, yang juga Dirut Finance Corpindo, menyebabkan defisit anggaran pemerintah semakin membengkak. Akibatnya pemerintah memberikan sinyal kepada masyarakat untuk dapat memahami kesulitan pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat ini, katanya. Kenaikan harga BBM sebesar 30 persen itu akan mendorong inflasi di dalam negeri meningkat tajam yang akan memicu Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya, BI Rate. Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur BI Selasa lalu menyepakati menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 8,25 persen dari sebelumnya 8,00 persen. Apabila BI kembali menaikkan BI Rate, maka perbankan akan segera mengikuti dengan menaikkan suku bunga kredit, akibat biaya (cost of fund) yang semakin tinggi, katanya. Perbankan, menurut dia saat ini agak khawatir, kenaikan BI Rate itu akan menghambat target penyaluran kredit sepanjang tahun ini. Karena itu pihaknya akan melakukan efisiensi ketat dalam menghadapi pertumbuhan ekonomi yang semakin berat ini, ucapnya. Sementara itu, euro terpuruk terhadap dolar AS hingga di bawah angka 1,5300 dolar AS menjadi 1,5285 akibat muncul data penjualan retail euro yang menekan mata uang itu. Euro terhadap yen juga turun menjadi 160,24. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008