Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara BUMN akan segera memanggil manajemen PT Kereta Api dan PT Angkasa Pura II untuk mempercepat pembangunan kereta api menuju Bandara Soekarno-Hatta, terkait kembali terjadinya peristiwa banjir di jalan tol akses menuju Bandara. "Kami akan panggil PT KA dan AP II untuk duduk bersama membicarakan masalah ini," kata Sekretaris Kementerian Negara BUMN, Muh. Said Didu, di Jakarta, Jumat. Ia berharap pertemuan tersebut diharapkan dapat mempercepat pembangunan jalur kereta api menuju Bandara Soekarno-Hatta. Said menyayangkan tertundanya proyek tersebut yang sebagian besar disebabkan oleh adanya sejumlah benturan kepentingan dan konflik yang tidak segera berujung pada titik temu atau kesepakatan. Terkait kembali terjadinya banjir di jalan tol akses Bandara, Said menilai hal itu lebih merupakan bencana akibat jebolnya tanggul karena rob. "Itu di luar keinginan kita semua, jadi murni bencana. Kalau banjir yang sebelumnya itu kan sudah bisa diprediksikan tapi kalau yang terjadi sekarang tidak," katanya. Oleh karena itu, pihaknya tidak akan menindak ataupun memberikan sanksi terhadap manajemen pengelola jalan tol yaitu PT Jasa Marga. Namun, pihaknya justru lebih menekankan untuk memanggil manajemen PT KA dan AP II untuk membicarakan percepatan pembangunan kereta api menuju Bandara. Sejak beberapa tahun lalu, PT KA dan AP II telah sepakat untuk membentuk perusahaan patungan untuk menggarap proyek kereta api Bandara di tiga tempat. Pembangunan kereta dilaksanakan di tiga bandara yaitu Bandara Soekarno-Hatta di Banten, Bandara Kualanamu di Deli Serdang Sumatera Utara, dan Bandara Internasional Minangkabau di Padang, Sumatera Barat. PT KA akan memiliki 60 persen saham di perusahaan patungan tersebut dan sisanya dikuasai AP II. Pembangunan proyek pertama akan dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta yang semula direncanakan rampung 2008. Sayangnya hingga kini proyek terbengkelai karena berbagai alasan. Padahal proyek dengan perlintasan Manggarai-Soekarno Hatta sepanjang 25 km itu sangat diperlukan karena volume penumpang pesawat telah mencapai angka 6 juta per tahun dan diperkirakan akan terus bertambah. Sejumlah investor asing bahkan telah menyatakan minatnya untuk turut serta dalam proyek senilai Rp1 triliun itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008