Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia mengatakan negara tesebut akan mengeluarkan uang lebih besar untuk subsidi minyak dan gas tahun ini ketimbang anggaran pembangunan, dan meyerukan peninjauan kembali seluruh proyek besar. PM Abdullah Ahmad Badawi mengatakan bahwa pemerintah akan membelanjakan 45 miliar ringgit (14 miliar dolar) untuk subsidi bahan bakar tahun ini, kantor berita Bernama melaporkan. Angka itu melampaui anggaran tahunan 40 miliar ringgit untuk proyek-proyek pembangunan dan infratruktur berdasarkan rencana pembangunan ke 9 negara itu. "Angka tersebut lima miliar ringgit lebih banyak, kami ingin jumlah yang lebih banyak lagi," kata Abdullah. "Karena pemerintah akan mencoba melakukan yang terbaik untuk mengurangi beban. Kami tidak ingin membiarkan masalah ini terus berkembang. Kami tidak dapat menunggu dan melihat, kami punya 'kemauan politik' untuk berupaya mengurangi beban masyarakat," tambahnya. Abdullah juga mengatakan dengan harga minyak dunia yang mencapai di atas 125 dolar AS per barel, dampak bagi rakyat Malaysia sangat besar, tulis Bernama. Ia mengatakan pemerintah telah mengalokasikan 4 miliar ringgit untuk menyiapkan pasokan pangan yang mencukupi. "Kami akan mengeluarkan 2,4 miliar ringgit, dan akan menambah dengan 1,6 miliar ringgit. Kami tidak tahu apakah jumlah ini akan mencukupi untuk jangka panjang," katanya. "Kami telah memutuskan untuk meninjau kembali semua proyek dan alokasi untuk itu. Kami akan menangani krisis tersebut karena akan berpengaruh terhadap rakyat secara langsung." Malaysia, mengimpor sekitar 30 persen dari kebutuhan berasnya, mensubsidi lebih dari 20 jenis makanan per hari termasuk susu dan garam. Harga beras dunia melonjak tahun ini, cenderung disebabkan oleh biaya pupuk dan energi yang lebih tinggi, permintaan dunia yang meningkat, kekeringan, kehilangan lahan pertanian pangan yang dialihkan untuk perkebunan biofuel serta para spekulan berbagai komoditi. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008