Batu,(ANTARA News) - Mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan, setiap investasi atau penanaman modal harus disambut baik namun jangan sampai mengorbankan rakyat. "Investasi yang ditanamkan negara lain maupun dari dalam negeri harus tetap mendapat sambutan, tetapi tidak boleh mengorbankan kepentingan nasional dan rakyat luas," katanya ketika memberikan sambutan di acara "100 Tahun Kebangkitan Nasional" di Batu, Jawa Timur, Rabu malam. Selain investasi, katanya, mekanisme pasar global yang diberlakukan banyak negara saat ini harus dikawal dengan sistem dan kepemimpinan yang kuat, memiliki moral dan berhati nurani. "Kalau mekanisme pasar diberlakukan secara mutlak dan dicapai dengan cara korupsi, maka dapat dipastikan akan terjadi kesenjangan ekonomi dan makin lebarnya jurang antara yang kaya dengan yang miskin," katanya. Ia menegaskan, pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan tidak berarti sedikitpun jika rakyat masih banyak dalam kondisi memprihatinkan, seperti tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. "Zaman sekarang dan ke depan jangan lagi ada kelompok masyarakat yang terpinggirkan," katanya. Pada kesempatan itu Anwar juga menyinggung soal lagu "Rasa Sayange", yang dibawakan melalui gamelan dan biola seiring Anwar naik ke panggung. "Saya tidak merasa tersinggung dan yang lain juga jangan tersinggung, ini sudah selesai. Saya rasa semua lagu bisa dibuat menjadi lagu melayu, lagu `Bengawan Solo` pun juga bisa menjadi lagu melayu," katanya menambahkan. Menurut dia, urusan budaya bukan menjadi urusan eksklusif sastrawan dan budayawan semata, tetapi menjadi urusan semua pihak termasuk rakyat. Menyinggung soal kebangkitan, Anwar juga menyatakan jika kebangkitan tidak akan bermakna tanpa diikuti dengan kekuatan ilmu pengetahuan, nalar dan pemikiran yang bermuara pada kebaikan akhlak serta nurani. "Akhlak dan nurani adalah salah satu isu yang harus kita pikirkan, akhlak yang sama sekali tidak dibenturkan dengan lembaga. Ini bukan sentimen politik atau partai, tetapi ini sudah menjadi kebutuhan rohani," katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008