Padang (ANTARA News) - Para pengojek di Kota Padang, Sumbar, mulai panik bahkan sebagian sudah ada beralih menjadi buruh bangunan karena khawatir dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Umrizal (40) pengojek di kawasan Mata Air Padang, Sumbar, Kamis, menuturkan, rencana pemerintah menaikan BBM cukup memukul para pengojek, karena dampaknya akan menambah tinggi pengeluaran di tengah pengguna jasa ojek terus berkurang. Justru itu, sebelum pemerintah memberlakukan kebijakan menaikan harga BBM, melirik usaha lain untuk menutupi biaya hidup. "Awak (saya) sudah dua hari menjadi buruh bangunan," katanya dan menambahkan, karena tidak mungkin terus bertahan jadi pengojek di tengah kebutuhan hidup yang makin tinggi saat ini. Sebab, saat ini untuk mencari penumpang juga susah, karena pengojek hampir tiap simpang ada. Selain itu, untuk menaikan tarif terkadang membuat pelanggan atau penumpang enggan menggunakan jasa ojek. Kendati pendapatan jadi buruh bangunan tidak jauh beda dengan mengojek dalam sehari, tetapi pendapatan jelas. Samdi (45) pengojek lainnya, mengaku, kalau mengojek terkadang bisa meraih pendapatan kotor dalam sehari Rp50 ribu, tetapi tidak tetap dan ada juga di bawah itu. Karena tidak stabilnya pendapatan mengojek, saat BBM naik akan memperburuk kondisi ekonomi rumah tangga, apalagi sepada motor di kredit yang harus dicicil tiap bulan. "Jadi buruh bangunan, memang kerja keras tetapi upah tetap walau pun Rp30 ribu/hari," katanya sembari menilai, kebijakan pemerintah menaikkan BBM sangat memukul masyarakat yang ekonomi lemah. Jika rencana kenaikan BBM mencapai 30 persen, dampaknya tentu terhadap harga kebutuhan lainnya yang akan dipatok tinggi juga oleh kalangan pedagang. "Pemerintah menaikan BBM juga menjelang tahun ajaran baru yang akan mempengaruhi harga buku dan seragam sekolah," tutunya sembil mempoleskan cat didinding rumah warga dikerjakannya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008