Jakarta, (ANTARA News) - Kelambu bagi sebagian orang Indonesia dipakai sebagai perlindungan yang efektif untuk menangkal gigitan nyamuk pada saat tidur. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun mengaku masih menggunakan cara tradisional untuk menangkal nyamuk itu baik di rumahnya kawasan Cikeas maupun saat sehari-hari tinggal di Istana Negara. "Baik di Istana Negara maupun di Cikeas saya dan istri masih menggunakan kelambu, silakan di cek kalau tidak percaya," kata Presiden. Dia mengatakan hal itu saat menghadiri peringatan hari bebas Malaria internasional Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Kamis (8/5). Meski Jakarta termasuk salah satu provinsi yang telah dinyatakan bebas dari ancaman malaria, namun Kepala Negara mengatakan ia dan keluarga menuruti anjuran dari Departemen Kesehatan untuk menggunakan kelambu guna mencegah gigitan nyamuk sehingga terhindar dari malaria, demam berdarah maupun chikungunya. "Meski di Jakarta sudah dinyatakan bebas, namun saya dan istri tetap mengikuti anjuran pemerintah," katanya yang diikuti oleh senyum. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta segenap pihak untuk bersama-sama menurunkan jumlah penderita dan angka kematian yang disebabkan penyakit malaria. "Penanggulangan malaria yang dilakukan kecenderungannya membaik makin efektif dalam tiga tahun terakhir. Kematian terus menurun," kata Presiden. Menurut Presiden, dari laporan yang diterima dari Depkes jumlah penderita malaria yang meninggal tahun 2005 mencapai 0,92 persen, tahun 2006 turun menjadi 0,42 persen dan tahun 2007 turun lagi menjadi 0,2 persen. "Namun jangan puas diri dulu. Harus dilaksanakan terus lebih gigih. Kita bikin nol persen. Dengan kerja keras pasti bisa," kata presiden yang ketika itu didampingi Ibu Ani Yudhoyono. "Pelihara lingkungan yang bersih dan sehat di setiap RT, RW di semua pojok-pojok daerah," katanya. Yudhoyono mengemukakan, malaria merupakan penyakit lama yang kembali muncul akibat pengaruh perubahan cuaca sehingga penanganannya perlu komitmen global dan kerjasama global. "Dunia sepakat menuntaskan malaria secara terpadu dan sungguh-sungguh dan juga menjadi sasaran dari `Millenium Development Goals (MDGs)," katanya. Menurut presiden, pada saat peringatan satu abad kebangkitan nasional pemerintah diingatkan tentang pembangunan kesehatan yang merupakan prioritas tertinggi untuk dilakukan pemerintah pusat dan daerah. "Bersama sektor pendidikan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Kesehatan terus ditingkatkan sehingga kualitas hidup bisa naik," katanya. Dikatakan presiden, anggaran kesehatan di APBN tiap tahun terus meningkat, tahun 2005 sebesar Rp11,76 triliun, 2006 menjadi Rp16,39 triliun, 2007 sebesar Rp22,13 triliun kenaikan dan tahun 2008 juga naik meski ada penyesuaian akibat harga minyak yang menekan APBN. Menkes Siti Fadilah Supari dalam kesempatan itu mengatakan upaya pengendalian malaria sudah dilaksanakan sejak 1959, ditandai pada 12 November 1959 Presiden Soekarno mencanangkan program pembasmian malaria di Yogyakarta. Di Indonesia terdapat 576 kabupaten/kota dan 424 atau 73,6 persen di antaranya endemis malaria. Siti Fadilah Supari juga menyatakan sekitar 45 persen penduduk Indonesia beresiko tertular malaria.(*)

Oleh Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008