Jakarta, (ANTARA News) - Ini warta membahana! Nelayan Cilincing yang berjumlah sekitar 1.700 nelayan kini didera kekurangan solar sebanyak 49 ton per hari untuk dapat melaut, sedangkan pasokan PT Pertamina (Persero) ke stasiun pengisian solar nelayan (SPDN) hanya mencapai 16 ton per bulan. "Nelayan sudah beralih dari minyak tanah ke solar karena lebih murah. Tapi sayangnya solar juga langka di sini, jadi banyak nelayan kita yang minta `kencingan` solar dari kapal-kapal tangker di Tanjung Priok," kata Ketua Koperasi Nelayan Mina Perdana Samudera, Akmad, di Cilincing, Jakarta Utara, Rabu. Dia mengatakan nelayan sebenarnya lebih memilih menggunakan solar saat ini daripada minyak tanah yang selain langka harganya sudah di atas Rp6.000 per liter. Sedangkan jika menggunakan solar dari pengecer nelayan hanya mengeluarkan uang Rp5.000 per liter. Namun, pasokan solar di stasiun pengisian solar di Cilincing tidak mencukupi untuk sekitar 1.700 nelayan yang membutuhkan solar lebih dari 49 ton per hari. "Saat ini pasokan solar memang jauh dari cukup. Bayangkan kebutuhan kita 49 ton per hari sedangkan pasokan hanya 16 ton per bulan, untuk anggota koperasi yang 150 orang saja kebutuhannya 18 ton lebih per hari," ujarnya. Menurut Akmad, nelayan Cilincing sudah secara resmi meminta tambahan pasokan solar ke PT Pertamina (Persero). Bahkan surat juga telah dikirmkan ke Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, dan ke Suku Dinas terkait. "Jawaban Pertamina kayak anak kecil. Mereka bilang kenapa saat Pertamina buka keran solar nelayan justru pakai minyak tanah, sekarang saat keran ditutup nelayan meminta," katanya. Dia mengatakan penggunaan minyak hitam sudah pasti merusak mesin, kalau sedang tidak beruntung mesin kapal yang diisi minyak hitam akan langsung meledak. Namun jika perahu hanya ditambatkan kerugiannya bisa lebih besar lagi karena akan cepat rusak. Menurut Akmad, ratusan nelayan sudah berpindah dari Cilincing ke daerah Jawa Barat, mulai dari Karawang, Indramayu, hingga Cirebon. Nelayan Cilincing berpindah memilih lokasi yang lebih mudah mendapatkan solar. Sementara itu, Cupak (21), salah satu nelayan Cilincing mengatakan, nelayan sekarang memang beralih ke solar setelah konversi minyak tanah ke gas berjalan. Selain itu nelayan lebih memilih tidak membeli solar di stasiun pengisian solar untuk nelayan (SPDN) karena tidak mampu. "Kalau beli di SPDN tidak bisa banyar belakangan, harus sekarang juga. Kita tidak punya uang, harus melaut dulu, baru hasilnya buat bayar," katanya. Namun, dia mengaku, pendapatan nelayan Cilincing mulai menurun akibat kurangnya bahan bakar yang membuat nelayan tidak dapat lebih jauh melaut. Padahal saat ini dapat dikatakan sedang panen ikan. (*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008