Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), MS Hidayat mengatakan, hingga enam bulan ke depan merupakan masa `recovery` bagi pengusaha akibat kenaikkan harga BBM, karena itu pengusaha akan kesulitan untuk menaikkan biaya transportasi dan makan karyawan. "Sampai enam bulan adalah masa `recovery` setelah terpukul oleh kenaikan BBM. Salah satu upaya menyelamatkan perusahaan adalh tidak menaikkan biaya transport dan makan, tapi itu tidak disamakan di semua perusahaan," ujar Hidayat, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, sebelum pemerintah melakukan kenaikan BBM, Kadin telah berhitung dan dari situpun sudah diketahui paling tidak dalam tiga hingga enam bulan ke depan adalah masa `survival` bagi pengusaha. Penurunan marjin profit harus dilakukan. "Sebelum naik saja marjin profit sudah lima persen, sekarang setelah kenaikan bisa di bawah lima persen," ujar dia. Lebih lanjut, dia mengatakan, kapasitas terpasang industri nasional sendiri turun bisa sampai 30 persen. Hal tersebut sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Jadi untuk berproduksi dengan kapasitas penuh juga tidak terjual. "Kalau sekarang saya ditanya soal kemungkinan kenaikan BBM setelah enam bulan ke depan, saya menentang," ujarnya, menanggapi semakin tingginya harga minyak dunia dan rencana kenaikan BBM lagi. Dia mengatakan perusahaan memang akan melakukan penyesuaian harga, tetapi tentu tidak dapat dilakukan semaunya karena harus mengamankan aspek perusahaan mengingat daya beli masyarakat yang merosot. Menanggapi kenaikan tarif angkutan 15 persen, menurut dia, angka itu memang tidak sesuai yang diminta Organda, tapi kalau kenaikan sampai 30 persen juga jangan karena rakyatpun sudah cukup berat. Perusahaan angkutan tidak boleh hanya berpikir secara sektoral saja, harus juga memikirkan yang lain. Oleh karena itu, dia mengatakan, rencananya Kadin akan mengadakan pertemuan dengan 100 asosiasi dan pengusaha untuk membahas per sektoral apa yang dapat dilakukan untuk dapat bertahan saat ini. Yang akan hadir antara lain Organda, Apindo, dan asosiasi nelayan. "Yang jelas saya akan bersuara keras agar subsidi nelayan tidak dilupakan. Hanya dicari jalan keluar agar tidak disalah gunakan nantinya," kata Hidayat. Menurut dia, dengan kenaikan harga BBM yang hampir mencapai 30 persen praktis nelayan tidak dapat melaut, jika mereka melautpun tidak mendapat ikan. Justru nelayan harus disubsidi dengan harga lama. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008