Brussels (ANTARA News) - Uni Eropa (UE), Selasa, menyatakan sedih dan kecewa atas berita-berita yang menyatakan pemerintah junta militer Myanmar telah memperpanjang masa tahanan rumah pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi enam bulan lagi. Dalam pernyataannya, Ketua Kebijakan Luar Negeri UE, Javier Solana, mengatakan bahwa berita-berita itu `sangat menyedihkan dan mengecewakan`. Apalagi, hal itu terjadi pada saat banyak negara dan organisasi memfokuskan pemberian bantuan kepada rakyat Myanmar yang menjadi korban terjangan badai baru-baru ini. "Uni Eropa telah melakukan upaya terbaik untuk bencana ini. meskipun demikian, pihaknya juga menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan situasi politik di sana. Masa transisi menuju demonstrasi penting bagi masa depan Burma/Myanmar," kata Solana, seperti dilaporkan DPA. Dalam pernyataan terpisah, Benita Ferrero-Waldner, komisioner hubungan-hubungan luar negeri UE, mengatakan dia secara pribadi tidak setuju bahwa peluang sejarah telah diabaikan untuk memberikan isyarat rekonsiliasi kehidupan politik di Myanmar, pada saat kesatupaduan sosial dan nasional, serta solidaritas dan dialog, banyak diperlukan daripada sebelumnya." Kedua petinggi UE menyerukan agar pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi segera dibebaskan, di samping juga para tahanan politik lainnya. Suu Kyi telah menjalani tahanan rumah untuk lima tahun terakhir. Sejak kembali ke negaranya pada 1988, total dia berada di dalam tahanan rumah selama 12 tahun. Perpanjangan tahanan rumah terakhir terjadi pada peringatan tahun ke-18 kemenangan besar partai yang dipimpinnya, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pada pemilihan umum Myanmar yang lalu. Namun junta militer menolak mengakui hasil-hasil pemilu tersebut. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008