Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, penghematan yang diperoleh dari keluarnya Indonesia dari organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) tidak terlalu signifikan. "Dari sisi (iuran) membership memang ada penghematan, tapi itu tidak signifikan. Sikap Indonesia keluar dari OPEC lebih kepada `gesture` (isyarat) dan simbol," kata Menkeu di Jakarta, Kamis. Menurut dia, tujuan Indonesia keluar dari OPEC lebih kepada pesan moral yang ingin disampaikan Indonesia kepada negara-negara OPEC itu. Keanggotaan OPEC lebih didasarkan kepada kemampuan untuk memproduksi minyak. "Kemampuan produksi minyak Indonesia hanya sekitar satu juta barel per hari sehingga tidak ada pengaruhnya ke OPEC," katanya. Menkeu menyebutkan, untuk iuran keanggotaan pada 2008 hanya sekitar 800 ribu dolar AS untuk masa keanggotaan selama satu tahun. "Ini pembayarannya sudah dilakukan dan nilai pastinya berapa tanya ke Dirjen Anggaran," kata Menkeu. Menurut dia, kalaupun Indonesia keluar dari OPEC, mungkin baru akan efektif tahun depan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara formal akan melakukan proses Indonesia keluar dari OPEC. Menurut Menkeu, dasar pertimbangan pembentukan OPEC pada waktu pendirian adalah sebagai organisasi yang diharapkan dapat mengatur penyediaan sehingga terjaga stabilitas harga minyak dunia. Tetapi situasi terakhir terutama di Indonesia sendiri sudah tidak memungkinkan Indonesia terus bergabung di OPEC karena konsumsi minyak yang lebih besar dibanding kebutuhan sehingga Indonesia tidak memadai untuk disebut sebagai eksportir minyak. Perkembangan harga minyak saat ini, menurut Menkeu, tidak hanya karena faktor permintaan dan penyediaan saja sehingga kondisi tersebut sebenarnya akan menciptakan ketidakadilan di dunia. "Harga minyak yang tinggi akan menyebabkan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berkurang kemampuannya untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat," katanya. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota OPEC sejak 1962 karena produksi dan cadangan minyak yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi harga minyak dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kapasitas produksi Indonesia mengalami penurunan signifikan, bahkan harus melakukan impor, terutama minyak produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008