Jakarta (ANTARA News) - Partai Demokrat mengkritik tindakan kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), di Silang Monas, Jakarta Pusat,Minggu siang. "Kami mengecam keras terjadinya kasus kekerasan di Monas. Kekerasan adalah bentuk nyata dari ketidakdewasaan menyikapi perbedaan," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, di Jakarta, Minggu. Menurut Anas, kekerasan karena perbedaan adalah ancaman bagi masa depan Indonesia yang majemuk dan tidak boleh dibiarkan. "Kekerasan harus dijauhkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak boleh ada warga negara yang melakukan kekerasan atau melanggar hak sipil orang lain," kata Anas. Ia mengatakan, negara melalui aparat hukum harus melindungi hak sipil. Selain itu, kepolisian harus mencari pelaku kekerasan dan memprosesnya untuk ditindak secara hukum. "Kekerasan ini benar-benar merusak semangat kita ber-Bhineka Tunggal Ika," katanya. FPI, lanjut dia, memiliki hak untuk berserikat dan berkumpul, tetapi tidak berhak melakukan kekerasan terhadap kelompok lain. Jalur kekerasan yang ditempuh FPI, dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. "Sekarang waktunya bagi FPI untuk melakukan refleksi diri sekaligus koreksi bahwa cara-cara kekerasan yang selama ini ditempuh, bukan hanya tidak cocok dengan ke-Indonesiaan kita, tapi juga tidak cocok dengan Islam," katanya. Ia mengatakan, Islam menentang kekerasan. "Kalau FPI tidak melakukan itu, lebih baik kata `Islam` ditanggalkan dari nama front ini. Jangan memakai label Islam," tambahnya. Sebelumnya, AKKBB mengadakan aksi damai di Silang Monas. Namun disela-sela aksi, sekitar 200 orang beratribut FPI tiba-tiba merangsek masuk ke Silang Monas tempat aksi damai berlangsung. Massa FPI mengejar dan melakukan pemukulan dengan menggunakan tongkat kepada para pengikut aliansi yang sebagian adalah perempuan. Satu orang aparat kepolisian pun sempat dikeroyok oleh lima anggota FPI. Massa FPI mengejar dan memukuli sambil meneriakkan yel-yel anti Ahmadiyah. Beberapa saat kemudian, aparat mulai berdatangan, untuk mengamankan para pengikut Aliansi Kebangsaan yang sudah kocar-kacir menyelamatkan diri.(*)

Pewarta: anton
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008