Lebak (ANTARA News) - Kelangkaan pupuk subsidi jenis urea dan SP 36 di Kabupaten Lebak, Banten, masih berlanjut menyusul tibanya musim tanam. "Sampai saat ini kami belum memperoleh pupuk di sejumlah kios resmi karena sudah dua bulan lalu menghilang dipasaran," kata Samsudin (55) petani Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak,Senin. Samsudin mengatakan, pihaknya saat ini sedang memerlukan pupuk untuk menyuburkan tanaman padinya seluas 1,5 hektare itu. Apalagi, kata dia, tanaman padi miliknya memasuki usia tanam dua minggu sehingga sangat membutuhkan pupuk urea dan SP 36. "Jika tidak diberikan pupuk, tentu tanaman mudah terserang hama juga pertumbuhan kurang bagus," katanya. Saat ini, lanjut dia, sebagian besar petani sangat memerlukan lahan penyuburan karena usia tanam rata-rata dua sampai empat minggu. Menurut dia, kelangkaan itu sangat menyakiti petani karena dapat menurunkan produksi gabah. "Saya kira pada musim panen Agustus 2008 nanti petani akan merugi disebabkan tidak adanya pupuk itu," katanya. Oleh karena itu, pihaknya mendesak pemerintah agar segera menangani kelangkaan itu sehingga petani dapat terbantu untuk menyelamatkan tanaman. Kepala Cabang Dinas Pertanian, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Salim, mengatakan, kelangkaan pupuk urea dan SP 36 dapat mengakibatkan menyusutnya pendapatan petani karena berpengaruh terhadap kesuburan tanaman. "Untuk itu,kami minta pemerintah menambah kuota pupuk agar petani terpenuhi kebutuhannya," katanya. Ia menyebutkan, kebutuhan pupuk Mei-Juni di Kecamatan Cijaku jenis SP 36 tercatat 170 ton, urea 235 ton, ponska 234 ton dan ZA 58 ton. Namun demikian, hingga kini para distributor resmi belum memasok sehingga petani terancam merugi jika tanam tahun ini. Khawatir pupuk bersubsidi dialihkan ke perkebunan, perusahaan Sementara itu Kepala Bidang Sarana, Dinas Pertanian, Kabupaten Lebak, Memed mengemukakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan memanggil para distributor pupuk agar tidak terjadi kelangkaan. Sebab, tambah dia, penyaluran pupuk di tingkat produsen lancar dan tidak ada hambatan. "Saya khawatir pupuk bersubsidi itu dialihkan ke perkebunan atau perusahaan," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008