Sidoarjo (ANTARA News) - Puluhan warga buruh tani korban luapan lumpur Lapindo Brantas Inc., Rabu melakukan aksi unjuk rasa di gedung DPRD Sidoarjo. Sebelum melakukan aksi di gedung dewan puluhan massa melakukan "long march" dari perempatan Jalan KH Mukmin Sidoarjo hingga alun-alun Sidoarjo kemudian menuju ke kantor DPRD. Puluhan warga menuntut agar lahan mereka dikembalikan, karena mereka tidak bosan bekerja, setelah terendam lumpur. "Akibat banjir lumpur banyak buruh tani yang menganggur karena lahan mereka banyak yang tidak bisa ditanami," kata Rosandi, salah satu korlap aksi. Dampak sosial yang ditimbulkan sangat merugikan rakyat dan banyak yang menganggur dan tidak bisa bekerja lagi. Tanggul jebol belum ditutup Tanggul cincin (Utama) di titik 45 yang jebol, sejak Minggu (2/6) malam, hingga Rabu masih belum berhasil dilakukan penutupan. Air lumpur yang keluar melalui tanggul di sisi lingkaran tanggul cincin sebelah barat terus mengalir ke pond siring atau pond di sisi barat tanggul utama (cincin). Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Ahmad Zulkarnain mengatakan upaya penutupan akan terus dilakukan, meskipun ada sedikit kendala yakni intensitas sirtu untuk penanggulan hanya bisa dilakukan melalui kawasan Desa Renokenongo. "Sementara untuk kawasan Siring intensitas tersebut belum bisa dilakukan karena truk pengangkut sirtu tidak bisa mendekat di titik tanggul yang jebol," katanya. Sehingga seluruh truk sirtu akan dilewatkan melalui Desa Renokenongo yakni tol gempol masuk ke Renokenongo, namun meski demikian, pihaknya berupaya menutup tanggul utama yang jebol. "Kami akan berupaya menutup tanggul yang jebol, karena jika mengalir terus menerus dikhawatirkan menjebol tanggul yang berbatasan dengan jalan raya dan rel KA," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008