Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Hati Nurani (Hanura) Wiranto mengatakan, privatisasi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada asing, merupakan cermin ketidakberdayaan ekonomi nasional. "Privatisasi lebih kepada bentuk kapitalis untuk mencari keuntungan semata, tidak menyentuh pada ekonomi kerakyatan," katanya, dalam diskusi kepemimpinan di Ary Sutta Center, Jakarta, Rabu. Pemerintah, tambah dia, belum memberdayakan ekonomi rakyat secara maksimal hingga bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri secara ekonomi. "Privatisasi, merupakan kebijakan vulgar yang menunjukkan ketidakberdayaan ekonomi kita," ujarnya. Jadi, lanjut dia, pemimpin ke depan harus bisa lebih mengedepankan ekonomi nasional yang menyentuh ekonomi kerakyatan. Sementara itu, Christianto Wibisono mengatakan, ekonomi nasional tidak bisa lepas dari kondisi ekonomi global hingga Indonesia tidak bisa sama sekali lepas dari keterkaitan dengan pihak asing. "Kini pandangan Amerika Serikat terhadap negara-negara dunia ketiga berangsur berbeda apalagi ketika krisis melanda Citi Bank, justru negara-negara Timur Tengah, Cina dan Singapura yang membantu pemulihan Citi Bank dan kondisi ekonomi AS," ujarnya. AS tidak akan lagi melirik Indonesia. "AS lebih baik menanamkan modalnya di Timur Tengah, Singapura dan Cina meski kecil, dari pada menanamkan modalnya di Indonesia yang bernilai besar namun stabilitas keamanan tidak stabil, banyak demonstrasi bahkan kadang berujung bentrok," ujar Christianto. "Jadi, pemimpin ke depan tidak bisa mengabaikan `suka atau tidak suka` pemimpin dunia lain terhadap Indonesia. Kita tidak bisa sekadar anti AS. Dukungan internasional terhadap kepemimpinan di Indonesia, merupakan bentuk positif termasuk untuk memacu kompetisi dalam berbagai bidang termasuk ekonomi," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008