Bern, Swiss (ANTARA News) - Belanda kembali memasuki putaran final kejuaraan besar dengan ekspektasi tinggi tetapi pertandingan pertama yang berat, melawan juara dunia Italia pada Senin (9/6), bisa membangkitkan kenangan buruk mereka. Belanda --yang berupaya mengangkat trofi seperti pada Euro 1988-- juga diunggulkan saat menghadapi lawan yang sama pada semifinal Euro 2000 namun gagal memasukkan dua tendangan penalti pada 120 menit dan kemudian kalah adu penalti. Dalam skuad kali ini ada dua pemain yang ikut dalam pengalaman traumatis itu yakni kiper berpengalaman Edwin van der Sar dan gelandang Giovanni van Bronckhorst. Tetapi mereka kini mendapat keuntungan tambahan dengan cederanya bek Italia Fabio Cannavaro, yang juga bermain pada 2000. "Absennya dia (Cannavaro), dalam satu hal, adalah hal yang bagus untuk kami," kata pelatih Belanda Marco van Basten, yang akan mundur usai turnamen ini untuk melatih klub besar Belanda, Ajax. "Ia pemain bernama besar, pemain hebat. Ia fundamental bagi permainan Italia," tambah van Basten yang juga kerap disebut "Saint Marco". Van Basten jelas memiliki banyak penyerang berbakat yang akan menyulitkan pertahanan Italia tanpa Cannavaro, meskipun pemain depan Arsenal Robin van Persie sepertinya tidak akan dipasang karena van Basten merasa ia belum cukup bugar untuk melawan tim sekaliber Italia. Akan tetapi, yang mengkhawatirkan van Basten adalah lini pertahanannya dan yang lebih penting lagi adalah dua gelandang bertahan. Mark van Bommel menolak bermain bila Belanda dilatih van Basten sementara Clarence Seedorf mundur karena merasa sang pelatih tidak percaya padanya. Van Basten pun tampaknya belum tahu siapa yang akan dipasang di dua posisi itu. "Saya tidak lagi yakin siapa yang pantas menjadi gelandang bertahan," kata van Basten. Hal lain yang tidak menerbitkan optimisme adalah pernyataan striker Ruud van Nistelrooy, yang sempat bersitegang dengan pelatih namun kemudian berbaikan, yang menyatakan bahwa Belanda harus menahan diri untuk tidak terus menyerang. "Kami menghabiskan seluruh tenaga untuk menyerang, mereka bertahan saat kedudukan 0-0. Kemudian, mereka mencetak gol pada menit ke-80. Itu tidak boleh terjadi," ujar penyerang Real Madrid itu. "Saya tidak ada masalah dengan penyerangan, tetapi kami tidak boleh mengambil terlalu banyak resiko," tegasnya. Sementara itu Italia bertekad mengikuti jejak Prancis yang bisa merebut mahkota Euro setelah menjadi juara dunia pada 1998. Playmaker Italia Andrea Pirlo tidak menyembunyikan hasrat untuk melakukan itu dan merebut gelar Euro untuk keduakalinya. "Saya akan bermain dan saya datang ke sini untuk menang," kata Pirlo, yang menjadi pemain terbaik pada final Piala Dunia 2006. "Keluarnya Cannavaro sangat merugikan Italia tetapi kami memiliki hasrat yang sama seperti di Piala Dunia Jerman dan, yang lebih penting lagi, telah 40 tahun kami tidak merebut Euro." "Ini waktunya untuk membawa pulang trofi," tandas Pirlo, demikian AFP. (*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008