Manado, (ANTARA News) - Sejumlah warga di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) yang tinggal di kaki Gunung Api Soputan, kuatir terkena dampak tumpahan lahar dingin gunung yang meletus Jumat (6/6) "Biasanya selang dua hari atau lebih setelah letusan gunung api itu, lahar dingin selalu muncrat ke Daerah Aliran Sungai (DAS), dan meninggalkan bau tidak sedap, "kata Alvon Kimbal, warga Desa Malenos Baru, Amurang, Minsel, Minggu. Tumpahan lahar dingin dari gunung itu lebih banyak mengarah ke arah utara dan barat, yakni di Kecamatan Amurang, Tumpaan serta Touluaan (Minahasa Tenggara). Peristiwa sama pernah terjadi di daerah itu ketika Gunung Soputan meletus pada 25 Oktober 2007. Lahar dingin ikut mengalir ke beberapa DAS sehingga meninggalkan bau busuk. "Awalnya hanya aliran sungai yang cukup deras dari arah kaki gunung, lalu bersamaan menebar bau tidak sedap diwilayah pemukiman warga," kata Teddy Ruasey, warga Desa Kilotiga (K3) Amurang. Warga kuatir aktivitas mereka terganggu jika bau tidak sedap itu benar-benar terjadi. Pemkab Minsel telah membangunan "checkdump" di beberapa DAS guna mengantisipasi muntahan lahar dingin Gunung Soputan sehingga tidak membawa dampak negatif ditengah masyarakat. Pemkab sudah mempelajari berbagai musibah di masa lalu sehingga antisipasi dilakukan sejak dini agar warga tidak menerima imbasnya, kata Kabag Humas Pemkab Minsel, Andre Winowatan. Aktivitas Gunung Soputan (1783 Meter) mulai berangsur normal setelah catatan amplitudo tremor pada hari Minggu mendekati 0,5 hingga satu millimeter (mm). Kepala Pos Pengamat Gunung Soputan Maliku Minahasa Selatan (Minsel), Sandy Manengkey mengatakan, kondisi visual gunung tersebut nampak jelas dari pos pengamatan Maliku, walaupun masih tertutup awan putih, semburan debu dan awan panas tidak segencar aktivitas sebelumnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008