Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menganggap langkah Bank Indonesia (BI) saat ini untuk mengetatkan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga menjadi 8,50 persen cukup tepat karena dapat menjaga ekspektasi inflasi yang berasal dari sisi suplai dan tidak memiliki dampak lanjutan yang signifikan. "Lonjakan harga keterbatasan suplai tidak bisa dihilangkan begitu saja karena itu dampak dari perubahan struktural di pasar. Yang dilakukan BI adalah menerima adanya kenyataan lonjakan harga tersebut, dan menjaganya agar tidak berkembang menjadi `second round effect yang besar sehingga ekspektasi inflasi masyarakat juga semakin besar," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Joachim van Amsberg, di Jakarta, Selasa. Menurutnya, langkah yang dilakukan BI pada dasarnya juga diterapkan oleh bank-bank sentral lainnya di dunia, terutama akibat kenaikan harga minyak dunia, harga komoditas, dan krisis finansial yang dipicu oleh krisis "subprime mortgage" di AS. "BI mempunyai instrumen fiskal yang cukup untuk menjaga inflasi," katanya. Ditanya tentang kemungkinan BI rate naik terlalu tinggi sehingga memberatkan dunia usaha, van Amsberg mengatakan, pihaknya melihat ekonomi makro Indonesia yang kuat saat ini akan mampu melewati tekanan situasi suku bunga yang tinggi. "Dulu pada 2005, terjadi lonjakan harga yang sangat tinggi pada harga, namun inflasi sangat terjaga sehingga pada akhir tahun dampaknya sudah mereda. Mudah-mudahan hal itu bisa terjadi lagi tahun ini," katanya Dengan optimisme itu, katanya, Bank Dunia belum akan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2008 dari saat ini 6,0 persen atau sesuai dengan proyeksi pemerintah.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008