New York, (ANTARA News) - Harga minyak melonjak di atas 135 dolar AS per barrel Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, menyusul laporan pemerintah AS yang menunjukkan cadangan minyak mentahnya menyusut dalam empat pekan berturut-turut. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, melonjak 5,07 dolar AS dan ditutup pada 136,38 dolar AS per barrel, setelah pada awal perdagangan melesat ke posisi tertinggi 136,80 dolar AS. Kontrak telah melambung ke posisi tertinggi selama ini 139,12 dolar AS pada Jumat lalu ketika harga melonjak 10,75 dolar AS dalam satu hari perdagangan. Di London, harga minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Juli, meningkat 4,00 dolar AS menjadi mantap pada 135,02 dolar AS per barrel, setelah mencapai rekor puncak historis 138,12 dolar AS pekan lalu. Harga terakhir minyak naik setelah Badan Energi AS (Energy Information Administration/EIA) mengumumkan bahwa stok minyak metah Amerika menyusut 4,6 juta barrel dalam pekan yang berakhir 6 Juni.Angka tersebut jauh dari ekspektasi pasar yaitu penyusutan 1,5 juta barrel. Harga minyak juga "rally" karena lebih detilnya rencana pertemuan 22 Juni antara para produsen minyak terbesar dunia dengan para konsumen. Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah al-Badri mengatakan pertemuan itu berlangsung di Jeddah, Arab Saudi. "Pertemuan di Jedah akan dihadiri para kepala negara dan mereka akan mendiskusikan mengapa harga energi tinggi," kata Badri kepada AFP dalam sebuah konferensi energi di London. Badri tidak menyebutkan kepala negara yang akan hadir karena Arab Suadi akan mengumumkan hal itu pada Selasa mendatang. Menteri energi AS Samuel Bodman akan mewakili Washington pada pertemuan tersebut. Kabinet Arab Saudi pada Senin telah meminta Menteri Perminyakan Ali al-Nuaimi untuk mengadakan sebuah pertemuan antara negara-negara produsen dan konsumen serta perusahan-perusahaan minyak "untuk membicarakan kenaikan harga minyak". Negara-negara Eropa, Komisi Eropa, Badan Energi Internasional (IEA) --pengamat energi untuk negara-negara industri -- dan para kepala bank-bank investasi Morgan Stanley dan Goldman Sachs akan diundang, tambah dia. Para analis di Teluk mengatakan seruan pertemuan tersebut bertujuan menunjukkan negara-negara OPEC yang tidak dapat merespon lonjakan harga. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang secara kolektif memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia, menyatakan bahwa pasar minyak mendapat pasokan yang baik dan harga sekarang tidak mencerminkan kondisi fundamental "supply and demand". Harga minyak yang melonjak menembus level 100 dolar AS awal tahun ini dan para analis memperkirakan kenaikan masih bisa terjadi hingga 150 dolar AS per barrel.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008