Denpasar (ANTARA News) - Pertemuan Monas-Jakarta tanggal 1 Juni 2008 yang dihadiri Gerakan Integrasi Nasional dan organisasi kemasyarakatan lainnya, murni membangkitkan rasa persatuan dan kerukunan bangsa, tidak benar dibiayai pihak mana pun. "Kami sepenuhnya mengedepankan semangat persatuan dan kerukunan bangsa yang dipelopori anak bangsa tempo dulu. Tidak ada yang membiayai dengan kepentingan tertentu," kata salah seorang korban peristiwa Monas 1 Juni 2008 dalam keterangan pers dipimpin Dr Sayoga di Denpasar, Jumat. Peringatan kelahiran Pancasila diserang! Peristiwa Monas yang memakan korban puluhan orang itu dinilai memutarbalikkan fakta. "Kami di sana berkumpul untuk memperingati hari lahirnya Pancasila, tetapi justru menerima serangan dengan kekerasan," kata salah seorang dari mereka didampingi rekan-rekannya. Massa Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) bersama 50 organisasi lainnya saat aksi damai di Monas (1/6) memperingati hari lahirnya Pancasila yang ke-63, melakukan atraksi pawai. Peserta yang diperkirakan sekitar 12.000 orang melakukan pawai simpatik menuju bundaran Hotel Indonesia untuk berdoa bagi persatuan dan kerukunan bangsa, yang saat itu rencananya diadakan pukul 14.00 waktu setempat. Ratusan gerombolan FPI bersenjata Tetapi sekitar sejam sebelum acara dimulai ratusan massa Front Pembela Islam (FPI) menyerang peserta yang ada di sekitar Tugu Monas dengan menggunakan batu, tongkat bambu, pentungan kayu, pasir panas dan potongan besi. "Saya ini masih memar," keluh Komang Ayu, wanita yang hadir dalam pertemuan pers itu sambil mengaku dirinya masih trauma karena menderita gegar otak, dan rekan yang duduk di sampingnya bibirnya sobek dan memar. Direktur Eksekutif NIM (National Integration Movement), Dr Sayoga, dalam pertemuan itu mengecam terjadinya peristiwa kekerasan itu dan meminta aparat keamanan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008