Salzburg, Austria, (ANTARA News) - Empat tahun lalu Otto Rehhagel, orang Jerman yang mengubah Yunani menjadi tim terbaik di Eropa, tinggal menjentikkan jari untuk bisa mendapat meja di restoran terbaik di negara itu. Namun kini segala pujian itu mulai memudar setelah timnya tampak tak berdaya untuk bisa mempertahankan gelar setelah dikalahkan Swedia 0-2 pada pertandingan pertama. Setelah absen pada Piala Dunia 2006, Yunani melalui kualifikasi Euro 2008 dengan penuh harapan namun kini kejayaan itu telah berlalu dan media Yunani mengkritik taktif defensif Rehhagel yang disebut "ketakutan" dan "terlalu rapat". "Saya melakukan apa yang saya pikir adalah yang terbaik. Jika kami mengadopsi taktik berbeda maka kami mungkin sudah kebobolan lima gol di babak pertama. Kami imbang 0-0 saat turun minum," kata Rehhagel menjawab kritik pedas tersebut. Rehhagel (69) mengatakan memang para pemain tidak bermain sesuai harapannya pada malam itu dan ia menambahkan harus bekerja keras dengan materi yang ada. "Secara statistik kami tidak banyak mencetak gol. Kemenangan kami didasarkan pada pertahanan ketat," jelasnya. Bek Sotiris Kyrgiakos menjawab kritik tersebut lebih tajam lagi. "Kami kalah dalam satu pertandingan, bukan peperangan!" tegas pemain belakang sarat pengalaman itu. Hanya kebangkitan saat melawan Rusia di Salzburg pada Sabtu (14/6) bisa menjawab kekhawatiran masyarakat Yunani akan terjadinya tragedi di Euro 2008 setelah berjaya di 2004. Kedua tim itu butuh poin, Rusia dilumat Spanyol 1-4 pada laga pertama, dan kekalahan akan membuat perjalanan salah satu dari mereka praktis sudah berakhir. Rusia, yang dilatih Guus Hiddink, terkendala absennya pemain bintang Andrei Arshavin, yang baru bisa diturunkan pada laga terakhir Grup D melawan Swedia. Arshavin terkena kartu merah pada laga terakhir kualifikasi --saat menang 1-0 atas Andorra-- sehingga tidak bisa diturunkan pada dua laga awal putaran final. Hiddink menggambarkan timnya bermain sangat "naif" ketika menghadapi Spanyol dan mereka juga kurang cepat dan kreatif. "Kami terjebak kenaifan dan akhirnya mendapat hukumannya," ujarnya. Hiddink juga mengalami masalah lain dengan cederanya striker Roman Pavlyuchenko yang belum jelas bisa bermain atau tidak kala menghadapi Yunani. Sebelumnya dia juga telah kehilangan striker Pavel Pogrebnyak yang mundur dari skuad karena cedera. Akibatnya Hiddink kesulitan mencari racikan yang tepat untuk mempertajam lini depan. Tetapi tampaknya Rusia tidak perlu mengkhawatirkan bakal diserang habis seperti saat menghadapi Spanyol. Yunani mungkin bermain dengan determinasi lebih tinggi namun mereka juga akan lebih berhati-hati, demikian diwartakan AFP. (*)

Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008