Bandarlampung (ANTARA News) - Hasil Ujian Nasional (UN) para pelajar dinilai Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Lampung, tidak lagi valid untuk mengukur kualitas hasil belajar sebagai sarana evaluasi proses pendidikan yang tepat. Menurut Sekretaris FMGI Lampung, Gino Vanollie, di Bandarlampung, Sabtu, kenyataan saat ini hasil UN para pelajar itu umumnya naik atau turun kuantitas maupun kualitasnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tidak memberikan makna apa-apa. "Hasil UN itu mau naik atau turun tidak bermakna apa-apa, karena sudah tidak valid lagi. Jadi bisa dipakai untuk tujuan apapun, sudah menjadi bias," kata Gino pula. Dia mencontohkan, hasil UN pelajar SMA/SMK/MA di Provinsi Lampung tahun 2008 yang kembali menunjukkan hasil yang terbilang "aneh" dan seharusnya mengejutkan banyak pihak jajaran pendidikan di daerahnya. Hasil UN itu, menunjukkan peringkat kelulusan rata-rata pelajar SMA dan Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) yang menjadi terbaik dibandingkan hasil UN rata-rata siswa di kabupaten/kota lain di Lampung, termasuk Kota Bandarlampung dan Metro yang dikenal sebagai kota pendidikan dan kualitas SDM serta sarana belajar mengajar maupun guru serta kondisi anak didiknya relatif lebih unggul. Peringkat hasil UN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Lampung adalah siswa di Kabupaten Lampung Tengah, jauh melampaui hasil UN di Kota Bandarlampung (peringkat 9) dan Metro (peringkat 5). "Unggulnya hasil UN di Kabupaten Lampung Barat itu seakan menjustifikasi dan menjadi pembenar bahwa hasil UN itu sudah bias dan tidak lagi valid mengukur kualitas dan kuantitas hasil evaluasi pendidikan di sekolah kita," kata Gino lagi. Ia memperkirakan, angka ketidaklulusan yang cukup tinggi di sejumlah sekolah--termasuk di SMAN 1 Rebang Tangkas di Kabupaten Way Kanan--selain faktor keseriusan dan kesiapan anak didik yang kurang, dapat saja terjadi akibat dukungan dari guru, sekolah dan orangtua yang kurang baik. Namun tidak tertutup pula kemungkinan adanya upaya oknum di sekolah yang berupaya "membantu" siswa peserta UN itu secara sistematis dengan cara yang tidak benar justru tidak berhasil. Ditengarai adanya upaya pihak tertentu di sekolah yang mencoba memberikan kunci jawaban soal UN itu kepada para siswanya dengan berbagai cara atau mengubah lembar jawaban (LJK) peserta UN untuk memperbaiki jawabannya. Namun Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Lampung, Drs Hery Suliyanto MM, menegaskan hasil UN siswa SMA/SMK/MA di daerahnya itu kendati menurun sekitar satu persen lebih dibandingkan rata-ratanggu a tingkat kelulusan UN tahun 2007 lalu, secara kualitas mengalami peningkatan karena pelajaran yang diujikan bertambah dan standar nilai kelulusan juga dinaikkan dari 5,00 menjadi 5,25. Rata-rata hasil UN di Lampung tahun 2008, untuk siswa SMA mencapai 92,52 persen, untuk SMK mencapai 93,09 persen, dan MA negeri maupun swasta hanya mencapai 87,15 persen. Koordinator Humas Disdik Lampung Bambang Joko SH MM, dan Kabid Bina Program dan Perencanaan Disdik Lampung Daniel Marsudi, memperkirakan keunggulan sekolah di Kabupaten Lampung Barat dan Lampung Tengah dengan menjadi peringkat tertinggi rata-rata hasil UN tahun 2008 itu dapat dipengaruhi sejumlah faktor, tidak hanya bergantung pada kondisi sekolah, guru, dan kondisi siswanya saja. "Bisa saja, siswa di sekolah perkotaan saat ini banyak menghadapi masalah dan tantangan di luar yang bisa mengganggu kesiapan mereka menghadapi UN itu, dibandingkan siswa di pedesaan yang lebih berkonsentrasi dan optimal menyiapkan diri mereka," kata Bambang pula. Namun keduanya mengakui, keberhasilan siswa di Kabupaten Lampung Barat dan Lampung Tengah itu seharusnya menjadi pemacu bagi siswa dan sekolah di kawasan perkotaan di Bandarlampung dan Metro untuk juga bisa mencapai hasil terbaik dalam UN melalui persiapan yang lebih matang pada tahun ajaran mendatang.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008