Serang (ANTARA News) - Pengunjung dilarang mendekati titik letusan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, karena masih menyemburkan material vulkanik berupa batu kerikil yang dapat membahayakan keselamatan. "Hingga saat ini pengunjung Gunung Anak Krakatau hanya diperbolehkan berada pada radius dua kilometer dari titik letusan," kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK) Anton Tripambudi, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Selasa dini hari. Ia mengatakan, letusan dan kegempaan Anak Krakatau masih berlanjut bahkan pada kawah baru di bukit selatan gunung semakin membesar. Bahkan, saat ini kondisi lubang kawah gunung diperkirakan berdiameter 150 meter. "Karena itu, letusan disertai suara dentuman keras masih terjadi," katanya. Berdasarkan data yang terekam Pos Pemantau Pasauran, Serang, Banten, intensitas kegempaan Anak Krakatau sepanjang Senin (16/6) pukul 24-00 WIB tercatat sebanyak 670 kali yakni gempa vulkanik A (dangkal) 48 kali, gempa vulkanik B (dalam) 161 kali,letusan 258 kali, tremor 70 kali dan hembusan sebanyak 133 kali. "Sampai saat ini status Gunung Anak Krakatau masih siaga level III," katanya. Ia menyebutkan, Gunung Krakatau pernah meletus pada tanggal 26 Agustus 1883 hingga menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Namun demikian, tahun 1927 setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau. Awalnya, gunung baru tersebut tumbuh sekitar 20 inci per bulan. Selanjutnya, setiap tahun menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Tingginya Gunung Anak Krakatau itu, lanjut dia, akibat material yang keluar dari perut gunung sehingga mencapai ketinggian 230 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.(*)

Pewarta: anton
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008