Baghdad (ANTARA News) - Pasukan Irak Kamis pagi mulai melakukan operasi keamanan baru terhadap milisi Syiah di provinsi Maysan, di selatan setelah batas waktu empat hari bagi kelompok garis keras itu untuk menyerahkan senjata mereka berakhir. PM Irak Nuri al Maliki memberikan waktu empat hari kepada milisi di ibukota provinsi itu Amara untuk menyerahkan senjata-senjata mereka. Batas waktu itu berakhir Rabu tengah malam. Amara, 390km selatan Baghdad, adalah satu daerah rawan di perbatasan Iran di mana para pejabat Irak mengatakan senjata-senjata diselundupkan dari Iran dan kegiatan milisi yang tidak dapat diawasi telah menimbulkan kekacauan. "Pasukan di provinsi itu tidak menemukan kesulitan, kata Jendral Abdel Karim Khalaf, jurubicara Kementerian Dalam Negeri Irak, seperti dilaporkan dpa. Ia mengesampingkan kemungkinan diberlakukan jam malam di Maysan sama seperti di provinsi-provinsi lain di selatan, seperti Basra, dan daerah kantong Syiah Kota Sadr di Baghdad timur, di mana operasi-operasi serupa dilakukan Maret lalu. Pemerintah ingin menumpas apa yang disebut Maliki "unsur kriminil" banyak dari mereka punya hubungan dengan ulama aliran keras Moqtada al Sadr. Pemerintah mendatangkan pasukan dari kota-kota terdekat untuk digelarkan di Maysan. Ratusan orang tewas dalam pertempuran seru yang meletus setelah operasi di Basra. Pertempuran berhenti setelah gencatan senjata yang diumumkan al Sadr 10 Mei. Sejumlah anggota milisi di Maysan telah menyerahkan senjata mereka, bahan-bahan peledak telah diledakkan dan tempat-tempat penyimpanan senjata ditemukan dalam empat hari belakangan ini, kata polisi.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008