Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, naik 10 poin menjadi Rp9.280/9.290 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada levelRp9.290/9.292 per dolar AS, karena pelaku masih membeli rupiah. "Aksi beli rupiah oleh pelaku pasar terpicu oleh penawaran obligasi pemerintah di luar negeri yang mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, obligasi pemerintah itu mampu mendorong rupiah menguat hingga di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, setelah berkutat pada kisaran antara Rp9.320 sampai Rp9.350 per dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih percaya dan optimis bahwa ekonomi nasional masih tumbuh dengan baik, katanya. Kenaikan rupiah itu juga didukung oleh keinginan Bank Indonesia (BI) yang menginginkan mata uang Indoensia berada di bawah angka Rp9.300 per dolar AS. BI menilai rupiah akan aman apabila berada pada posisi dibawah angka Rp9.300 per dolar AS, ujarnya. Rupiah, lanjut dia juga mendapat respon positif terhadap pasar setelah sejumlah investor asing dan fund manager dari Australia akan mengadakan road show ke Indonesia untuk lebih mengetahui kondisi ekonomi nasional. Para investor dari Australia itu berminat untuk meningkatkan investasinya di dalam negeri dengan mengetahui lebih jauh kondisi dan situasi pasar di dalam negeri lebih jauh, katanya. Menurut dia, pembelian rupiah juga berkaitan dengan kekhawatiran pelaku asing terhadap ekonomi Amerika yang semakin melemah dengan masih terjadi krisis keuangan di negara Paman Sam itu. "Kami optimis rupiah akan kembali bergerak naik lagi hingga ke posisi Rp9.250 per dolar AS pada pekan berikutnya," ucapnya. Apalagi harga minyak mentah dunia juga kembali melemah enam dolar AS menjadi 131,48 dolar AS per barel yang juga memberikan sentimen positif terhadap pasar uang domestik. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008