Jakarta (ANTARA News) - Ekspor nonmigas selama 2009 ditargetkan dapat tumbuh hingga 14 persen atau mencapai sekitar 120,5 miliar dolar AS jika pertumbuhan ekspor nonmigas 2008 tercapai 12,5 persen atau senilai 105,7 miliar dolar AS. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan berlakunya kerjasama kemitraan ekonomi (Economic Partnership Agreement/EPA) antara Indonesia dengan Jepang pada 1 Juli 2008 diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor tahun depan. "Tahun depan kita berharap (EPA) bisa langsung mempengaruhi ekspor, kalau sekarang (2008) belum (terpengaruh)," kata Mari usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Senin. Menurut dia, dua produk yang berpeluang meningkat ekspornya adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan alas kaki yang tarif masuknya ke Jepang telah diturunkan. Tahun ini, peluang peningkatan ekspor diperkirakan terjadi pada sektor otomotif, alas kaki dan makanan minuman yang investasinya tahun 2007 cukup tinggi. "Alas kaki pertumbuhan ekspornya empat bulan ini sebesar 13,6 persen, sedangkan tahun lalu hanya 1-2 persen," ujarnya. Pertumbuhan di sektor alas kaki itu, menurut Mari, terjadi karena Amerika Serikat (AS) melakukan diversifikasi sumber impor dari RRC ke negara lain seperti Indonesia. "Setahu Saya, Adidas dan Nike itu terus meningkatkan outsourcing dari Indonesia. Kita melihat ada ekspansi dari pabrik yang sudah ada ataupun relokasi pabrik (dari RRC) yang dimulai sejak 2005 harus kita tangkap dengan baik. Banyak yang tadinya kapasitasnya tidak penuh baik untuk produk yang bermerek maupun tidak sekarang jadi semakin bertambah," tuturnya. Sementara sektor otomotif serta makanan dan minuman mengalami pertumbuhan 54,6 persen dan 64,9 persen pada periode Januari-April 2008. Pertumbuhan ekspor beberapa komoditi juga tercatat masih baik. Mari menyebutkan selama Januari-April 2008 pertumbuhan ekspor karet dan produk karet naik 36,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor minyak nabati Indonesia (termasuk minyak kelapa sawit/CPO) meningkat 116,9 persen akibat naiknya harga komoditas tersebut yang didorong tingginya harga minyak dunia. Pertumbuhan ekspor yang tinggi juga terjadi pada kakao (40,8 persen), kopi, teh dan rempah-rempah (94 persen). "Produk lain yang masih berpotensi untuk ditingkatkan ekspornya antara lain furnitur, kerajinan, industri kreatif,perhiasan, life style (spa). Sekarang bagaimana kita tingkatkan (kualitas) produknya dan mencari pasar yang pertumbuhannya masih relatif tinggi," tambahnya. Kenaikan harga BBM Menurut Mendag, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir Mei menyebabkan penurunan volume ekspor Indonesia karena peningkatan biaya produksi telah menurunkan jumlah barang yang dapat dijual. "Peningkatan harga BBM akan mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia karena harga jual produk naik, namun secara riil peningkatan harga BBM ternyata menyebabkan penurunan volume ekspor," katanya. Sektor yang ekspornya tertekan kenaikan harga BBM, menurut dia, antara lain sektor yang menggunakan BBM sebagai sumber tenaga inti seperti industri gelas dan keramik. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008