London (ANTARA News) - Pemimpin Zimbabwe Morgan Tsvangirai membuat "keputusan yang tepat" untuk mundur dari pemilihan ulang presiden di negeri itu akhir bulan ini, kata peraih hadiah Nobel Perdamaian Desmond Tutu, Senin, lapor AFP. Ketika berbicara kepada stasiun televisi BBC, Uskup Anglikan itu juga mengatakan ia berharap para pemimpin Afrika mau memberitahu Presiden Zimbabwe Robert Mugabe bahwa mereka takkan mengakui dia atau pemerintahnya kalau pemilihan umum 27 Juni terbukti hanya lelucon. "Dalam kondisi tersebut, saya akan mengatakan ia tak memiliki pilihan yang tersisa," kata Tutu mengenai Tsvangirai, yang berlindung di Kedutaan Besar Belanda di Harare, Senin, setelah menyakatakan pengunduran diri dari pemungutan suara yang ia katakan akan diumumkan sebagai "batal dan tidak berlaku lagi" akibat kerusuhan. "Setiap orang sebenarnya telah mengakui bahwa tak mungkin ada cara pemilihan umum dapat diselenggarakan dengan cara yang akan membuat orang mengatakan bahwa proses tersebut bebas dan adil," katanya kepada stasiun televisi itu. "Kondisi sepenuhnya kacau, tak dapat diterima baik. ... Saya kira, dalam kondisi itu, ia (Tsvangirai) barangkali telah mengambil keputusan yang tepat." Tutu menyatakan ia berharap para pemimpin Afrika mau menjelaskan kepada Mugabe bahwa mereka takkan mengakui dia atau pemerintahnya, dan memberitahu BBC, "Mereka harus mengirim pesan terpadu sekarang untuk mengatakan `lihat lah, kami takkan mengakui pemerintah yang akan anda pimpin`." Ia mengatakan masyarakat internasional harus "berharap" bahwa Mugabe masih dapat dibujuk untuk secara damai menjauhkan diri dari sikapnya saat ini. Tsvangirai mengumumkan ia mundur Ahad, dan mengatakan kerusuhan yang meningkat pra-pemungutan suara telah membuat proses tersebut tak mungkin berjalan jujur dan bebas. Pihak oposisi menyatakan lebih dari 80 pendukungnya telah tewas dalam aksi intimidasi. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Senin mendesak pemerintah Zimbabwe agar menunda pemungutan suara mengingat penarikan diri Tsvangirai dari proses demokrasi tersebut.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008