Phnom Penh, (ANTARA News) - Mantan menteri luar negeri Khmer Merah Senin tampil di depan pengadilan genosida Kamboja yang didukung Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)untuk mengajukan banding penahanannya, dalam kasus ujian besar pertama terhadap pengadilan setempat. Ieng Sary, 82 tahun, adalah salah satu dari lima kader rezim tersebut, yang saat ini menjalani tahanan untuk tuduhan kejahatan yang dilakukan semasa Khmer Merah berkuasa selama 1975-79 di Kamboja. Mantan pemimpin yang sudah berusia lanjut dan tampak sakit-sakitan itu, menghadapi tuduhan sebagai penjahat perang serta kejahatan-kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan. Dia memasuki ruang pengadilan dengan tongkat dan memerlukan bantuan dari para pengawal untuk duduk di kursi terdakwa. Ketika hakim menanyakan pekerjaannya, dia menjawab: "Saya pensiunan." Persidangan itu dihadiri oleh sekitar 300 warga Kamboja. Heng Sruy, 57 tahun, harus melakukan perjalanan dari provinsi baratdaya Kampot untuk menghadiri persidangan itu. Dia mengatakan, bahwa ia berharap pengadilan akan dilanjutkan sampai dia dijebloskan ke dalam penjara. "Saya ingin mendengar Ieng Sary mengatakan sejujurnya," kata Heng Sruy. "Saya telah kehilangan banyak keluarga di bawah rezim Khmer Merah. Saya tak bisa mengingat berapa banyak keluarga yang hilang, tapi jumlahnya jelas sangat banyak," katanya. Dalam persidangan Senin, para pengacara Ieng Sary berencana akan mengupayakan pembebasannya dengan uang tanggungan. Pada pekan lalu, mereka diperkirakan memperdebatkan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut akan dicabut karena Ieng Sary telah menerima pengampunan dari kerajaan pada 1996, sebagai balasan penyerahan dirinya kepada pemerintah. Sebagai diplomat terkemuka Khmer Merah, Ieng Sary secara teratur menjembatani kontak antara penguasa komunis Kamboja dan dunia luar. Dia juga merupakan salah satu pendukung umum terbesar dari rezim yang dimusuhi oleh massa itu, kata para periset. Lebih dari dua juta orang tewas karena kelaparan dan kerja keras, atau dihukum mati, pada saat Khmer Merah dihancurkan oleh Kamboja modern setelah menguasai kendali negara. Isterinya Thirith, yang juga menjadi menteri pada rezim Khmer Merah, sekarang juga ditahan bersama sejak November. Menurut pengacaranya, Ieng Sary kini menderita gangguan kesehatan yang memburuk sejak penahanannya, demikian AFP. (*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008