New York, (ANTARA News) - Harga minyak kembali berayun ke rekor tertinggi pada Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi WIB, setelah presiden OPEC mengatakan ada ketidakpastian investasi mendatang dalam fasilitas energi yang dapat mendorong produksi minyak mentah. Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pertumbuhan pasokan akan melebihi permintaan hingga tahun 2010, setelah itu pasar minyak kemungkinan akan mengalami ketegangan pasokan. Kantor berita AFP melaporkan, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, ditutup naik 97 sen pada sebuah rekor penutupan 140,97 dolar AS per barrel. Kontrak telah melesat ke puncak histiris 143,67 dolar AS pada Senin. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, naik 84 sen mantap pada posisi tertinggi selama ini 140,67 dolar AS, setelah mencapai rekor puncak perdagangan 143,91 dolar AS pada Senin. Presiden OPEC Chakib Khelil, dalam pidatonya di sebuah kenferensi di Madrid, mengatakan kartel para produsen minyak mencemasakan permintaan di masa mendatang. "Kami memprihatinkan tetang keamanan dari permintaan," kata Khelil, yang juga menteri energi Aljazair itu, kepada delegasi Kongres Perminyakan Dunia di ibukota Spanyol. Ia mengatakan, disana ada "ketidakpastian besar" tentang membuat investasi sangat besar dalam infrastruktur energi untuk meningkatkan produksi dari 13 negara anggota OPEC, yang saat ini memproduksi sekitar 40 persen minyak dunia. "Saya tidak memikirkan suata pertanyaan bahwa kami memiliki cukup sumber; isunya adalah jika kami dapat memasok permintaan itu ke pasar," kata dia. Pasar mendapat tenaga pada Senin oleh ketegangan produsen minyak Iran dan Nigeria, dan dolar AS yang masih melemah terhadap mata uang utama lainnya. Kontrak minyak internasional dihargakan dalam dolar AS. Para analis memperingatkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat mendorong harga naik pada hari-hari mendatang. "Ketegangan dengan Iran tampak makin memburuk, Nigeria tampak terbawa ke dalam kerusuhan menyeluruh atau perang sipil, dan Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sehingga dolar AS akan kembali tertekan," kata para analis perusahaan manajemen risiko energi Cameron Hanover. Amerika Serikat telah menunjukkan kecemasannya tentang program nuklir Iran, namun Teheran mengatakan program nuklirnya untuk tujuan damai. "Setiap sesuatu dari tiga poin tersebut dapat mendorong putaran baru pembelian di pasar-pasar minyak," kata mereka. Harga minyak global telah berlipat ganda dalam setahun terakhir dan telah meningkat hampir 50 persen sejak awal 2008 ketika harganya menembus 100 dolar AS untuk pertama kalinya, memicu kekhawatiran terhadap inflasi dan pelambatan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara konsumen menuduh rekor harga minyak terjadi karena ketatnya pasokan di tengah menguatnya permintaan dan kerusuhan di beberapa negara produsen seperti di Iran, Irak dan Nigeria. Terutama, mereka menuduh OPEC tidak memproduksi cukup minyak mentah. Sedangkan kartel OPEC, bersikukuh menuduh melemahnya dolar AS sebagai penyebab utama kenaikan harga minyak. Karena, penurunan nilai dolar AS mendorong permintaan meningkat untuk minyak dalam denominasi dolar AS dari para pembeli asing yang memegang mata uang kuat lainnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008