Senipah, Balikpapan (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai masyarakat Indonesia masih boros dalam memanfaatkan energi di tengah ancaman krisis energi dunia. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih tergolong boros energi, ... mari kita lakukan penghematan dan diversifikasi sumber energi jangan hanya minyak dan gas," kata Presiden saat meresmikan empat proyek kelistrikan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat. Menurut Kepala Negara, untuk menghindari ancaman krisis energi dunia pemerintah Indonesia telah menerapkan tiga solusi yaitu meningkatkan produksi minyak/gas yang ramah lingkungan, mengembangkan energi alternatif, dan penghematan. Penghematan yang dilakukan, lanjut Kepala Negara juga termasuk di bidang energi listrik. Presiden Yudhoyono mengapresiasi peresmian empat kontrak nyata untuk menambah daya listrik di empat wilayah di Indonesia. "Seperti kita ketahui sejak merdeka daya listrik kita hanya 25 ribu megawatt, ...sekarang kita tambah 10 ribu megawatt lagi, ...saat ini cukup tapi besok perlu lagi ditambah," katanya. Menurut Presiden, pemerintah terus membangun sarana baru untuk menambah daya listrik yang ada, namun membangun sarana tersebut perlu waktu. Proyek kelistrikan yang diresmikan saat itu adalah PLTU Bangka Belitung (2x25MW) --konsorsium antara PT.Truba Alam Manunggal Engineering dengan China Shanghai Group Corporation for foreign economic & technological cooperation--, PLTU 2 Papua (2x10MW) --konsorsium antara PT.Modern Widya Technical dengan PT.Bousted Maxitern Industries--, PLTU Kalimantan Selatan (2x65MW) --konsorsium antara PT. Wijaya Karya dengan Chengda Engineering Corporation of China-- dan PLTU Sulawesi Selatan (2x50) --konsorsium antara Hubei Hongyuan Power Engineering Co.Ltd dengan PT Bagus Karya. Pengurangan kemiskinan Pada kesempatan itu Presiden juga menegaskan kembali upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. "Mengurangi kemiskinan bukan dengan wacana, dengan seminar dan iklan. Mengurangi kemiskinan dengan program nyata, dengan aksi nyata di seluruh Indonesia," kata Presiden. Presiden menjelaskan pemerintah telah sepakat untuk mengurangi kemiskinan melalui program-program yang konkrit, nyata dan terpadu. "Terpadu antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terpadu antar sektor pendidikan kesehatan, pekerjaan umum dan sebagainya," ujarnya seraya merujuk pada tiga jenis paket pengurangan kemiskinan. Paket pertama adalah bantuan dan perlindungan sosial yaitu pemerintah mengeluarkan anggaran besar, puluhan trilyun rupiah, untuk membebaskan masyarakat miskin dalam berobat, dalam pembiayaan pendidikan, beras untuk rakyat miskin dan bantuan langsung tunai bersyarat untuk yang belum berdaya, sebagaimana falsafah ikan, diberi ikannya dulu sampai betul-betul berdaya dan mampu untuk keluar dari kemiskinan. Paket kedua, lanjut Presiden, adalah memberdayakan kecamatan dan desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang pada 2007 diperuntukkan bagi hampir 3.000 kecamatan, pada 2008 hampir 4.000 kecamatan, dan 2009 diharapkan menjangkau seluruh 5.720 kecamatan. "Ini seperti kail," kata Presiden. Sedangkan paket ketiga adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah pengusaha kecil mendapatkan modal untuk mengembangkan usahanya. "Pemerintah mengeluarkan 1,4 trilyun rupiah untuk dialirkan untuk pinjaman usaha mikro dan menengah. Ini kita ibaratkan perahu. Cari penghasilan yang lebih bagus. Lengkaplah sudah ada ikan, kail dan perahu," jelas Kepala Negara. Presiden juga berharap suatu saat yang awalnya ikan bergeser ke kail dan perahu sehingga masyarakat akan dinamis, pengangguran berkurang tajam dan kesejahteraan meningkat.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008