Serang (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bandung, menetapkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, diturunkan menjadi waspada (level II) dari sebelumnya siaga (level III). Penurunan status Gunung Anak Krakatau karena berdasarkan hasil rekaman alat seismograf juga data visual dan kegempaan pada gunung api tersebut. Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen ESDM Bandung, Surono, Jumat, mengatakan, penurunan status Gunung Anak Krakatau menjadi waspada (level II) ditetapkan Kamis, pukul 18.20 WIB. Karena itu, dengan adanya penurunan aktivitas diharapkan Gunung Anak Krakatau tidak kembali meningkat menjadi siaga (level III). Sebab, kata dia, aktivitas Gunung Anak Krakatau memiliki karakter tersendiri karena sejak tahun 2007 sudah beberapa kali mengalami penurunan juga peningkatan status gunung api. "Saya kira hanya gunung api di Indonesia yang memiliki karakter tersendiri yakni Gunung Anak Krakatau itu," katanya. Menurut dia, sepanjang tahun 2007-2008 aktivitas vulkanik Anak Krakatau termasuk paling lama dibandingkan letusan pada tahun 2001 lalu. Saat ini, kata dia, letusan dan kegempaan akibat adanya pembesaran lubang kawah yang berlokasi di bukit selatan gunung sehingga memakan waktu cukup lama dibandingkan letusan tahun 2001 lalu. Penurunan waspada itu, lanjut dia, belum juga dipastikan karena siapa tahu besok lusa kembali menjadi status siaga atau level III. "Yang jelas siklus Gunung Anak Krakatau setiap enam tahun batuk-batuk," katanya. Namun demikian, mudah-mudahan tahun ini juga Gunung Anak Krakatau tidak kembali mengalami aktivitas letusan dan kegempaan. Ia menambahkan, meskipun status Anak Gunung Krakatau menjadi waspada atau level II diminta wisatawan atau pengunjung tidak diperbolehkan untuk mendaki kawasan gunung karena masih mengeluarkan semburan material dan gas beracun. "Kami hanya memberikan rekomendasi satu kilometer dari titik letusan gunung," ujar Surono.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008