Palembang, (ANTARA News) - Wakil Presiden, M Jusuf Kalla, mengatakan, saat ini, diperlukan pengusaha-pengusaha muda yang tangguh dan penuh optimisme untuk melawan kelompok masyarakat yang pesimis dan tidak ingin negara ini maju. "Saat ini, diperlukan pengusaha-pengusaha tangguh untuk melawan kelompok yang pesimis dan yang tidak ingin kita maju," kata Wapres, Jusuf Kalla, saat membuka dialog nasional Himpinan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Plembang, Minggu. Untuk itu, Wapres meminta para anggota HIPMI agar bersikap optimis karena sebagai pengusaha harus berfikir optimis. Wapres juga mengungkatkan, dewasa ini, dunia sedang dilanda krisis pangan dan energi. Namun, sebagai pengusaha, hal itu harus dilihat sebagai peluang. "Krisis pangan dan energi ini harus kita jadikan manfaat. Dan hanya pengusaha yang bisa membuat semua itu jadi bermanfaat," kata Wapres. Lebih lanjut dijelaskan, setiap krisis minyak (BBM) selalu berakibat dua hal, yakni ada yang senang dan ada yang susah. Bagi negara, konsumen setiap krisis pasti akan susah. Namun bagi negara-negara produsen, setiap ada krisis justru akan senang. Sementara, tambah Wapres, harus disyukuri bahwa Indonesia berada pada posisi di tengah-tengah. Yakni sebagai negera produsen sekaligus konsumen. Meskipun sebagai negara produsen produksinya masih kurang karena konsumsi yang lebih tinggi. "Tapi untuk energi, Indonesia tidak alami krisis. Indonesia hanya alami kekurangan minyak," kata Wapres. Wapres menjelaskan, untuk sektor energi, Indonesia memiliki banyak pilihan seperti geothermal, batubara, gas, surya maupun angin dan sebagainya. Sementara mengenai energi listrik, Wapres menilai bukan terjadi kekurangan saat ini. Tetapi yang terjadi kebutuhan listrik yang meningkat karena pertumbuhan ekonomi yang tidak diantisipasi. "Jadi harus ada penghematan energi. Jadi penghematan bukan lagi himbauan tetapi perintah," kata Wapres. Saat ini, pemerintah sedang mempersiapan Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk mengatur soal penghematan listrik ini secara nasional.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008