Denpasar, (ANTARA News) - Sapi Bali dalam beberapa tahun belakangan mengalami degradasi mutu genetik, terutama di daerah-daerah pengembangan ternak sapi di kawasan timur Indonesia. Kemerosotan mutu genetik sapi Bali tersebut salah satu indikatornya adalah tubuhnya semakin mengecil, kata Gurubesar Universitas Udayana, Prof Dr Ir Sentana Putra, MS di Denpasar, Senin. Ia mengatakan, degradasi tersebut akibat adanya seleksi negatif dalam kurun waktu yang cukup lama, karena pakan hijauan yang diberikan belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis ternak sapi akan nutrien. Kondisi menurunnya mutu genetik sapi Bali yang cukup memprihatinkan itu tidak sampai terjadi pada ternak sapi Bali di Pulau Dewata. Hasil penelitian terhadap sapi Bali di Pulau Dewata menunjukkan produktivitasnya konsisten tertinggi dengan bobot lahir 16,8 kg dan bobot dewasa terutama induk mencapai 303,3 kg. Prof Sentana Putra menilai, meskipun mutu sapi Bali di Propinsi selama ini dapat dipertahankan, namun keberadaannya cukup dilematis. Pemerintah Propinsi Bali telah mematok kuota perdagangan sapi antarpulau sebanyak 75.000 ekor dan pemotongan lokal 30.000 ekor pertahun. Demikian pula laju pertambahan populasi pada tahun 2006 hanya 3,78 persen dari populasi yang ada sebanyak 613.241 ekor. Hasil penghitungan menunjukkan, nilai pertambahan populasi hanya mampu memberikan kontribusi 23.181 dari 105.000 sapi potong yang dibutuhkan setiap tahunnya. Hal itu berarti masih terdapat kesenjangan sebanyak 81.819 sapi yang terpaksa dipasok dari populasi yang ada untuk memenuhi total kebutuhan yang telah ditetapkan, ujar Prof Sentana. (*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008