Jakarta (ANTARA News) - Citra Indonesia beberapa tahun terakhir ini cenderung terpuruk sehingga perlu diperbaiki dan dikembangkan citra baru atau "re-branding of Indonesia" yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata di dalam dan di luar negeri, kata Ketua Indonesia Brand Entourage, Handito Hadi Joewono. "'Branding' negara Indonesia punya peranan penting dalam peningkatan daya saing Indonesia," katanya dalam sebuah pernyataannya, Selasa, terkait dengan rencana kegiatan "Re-Branding of Indonesia" yang diselenggarakan oleh LKBN ANTARA bersama Kadin Indonesia. Handito yang saat ini berada di Australia mengatakan, perbaikan citra Indonesia akan meningkatkan rasa percaya diri bangsa Indonesia sehingga akan meningkatkan investasi, ekspor dan pariwisata nasional. Untuk itu, ia mengajak semua pihak untuk menata kembali dan menyegarkan citra Indonesia. Ia mengatakan, terdapat beberapa alasan mengapa perlu "re-branding". Pertama "brand crisis" atau krisis pencitraan. Ia mengatakan, yang sering dijadikan alasan "re-branding" adalah kemerosotan "brand image". Ia mengatakan, dalam istilah hukum dikenal adanya "rehabilitasi nama baik" berupa dipulihkannya nama baik seseorang yang terbukti tidak bersalah atas kasus hukum terntentu. "Rehabilitasi nama baik merupakan contoh kongkrit dari re-branding," katanya. Alasan kedua adalah perubahan dari pesaing. Ia mengatakan, banyak perusahaan yang tergoda untuk berubah setelah ditohok oleh pesaingnya yang sekarang mengkomunikasikan "brand" dengan cara yang segar. Alasan ketiga, perubahan pelanggan. Handito mengatakan, perubahan terbesar konsumen sesungguhnya lebih banyak dipengaruhi oleh godaan para produk atau perusahan yang berlomba menawarkan iming-iming yang luar biasa menarik. Alasan keempat adalah perubahan peraturan. Perubahan dan diberlakukannya peraturan tentang prinsip persaingan sehat, minimalisasi kartel dagang, revisi undang-undang tentang perseoraan terbatas maupun kesepakatan antar biro iklan tentang tata krama beriklan merupakn contoh-contoh perubahan aturan main kompetisi yang bisa mendorong dilakukannya "re-branding". Terakhir adalah perubahan strategi. Handito mengatakan, strategi perusahaan jangka panjang bisa menjadi pendorong "re-branding" terutama yang berkaitan dengan penataan produk dan komunikasi. Sementara itu, Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan kegiatan "re-branding" Indonesia berupa kampanye di media mengenai pentingnya pencitraan Indonesia, konferensi "re-branding" Indonesia, dan penerbitan buku. "LKBN Antara sebagai kantor berita nasional memiliki komitmen untuk melakukan `state branding` dan kegiatan ini bukti komitmen kita untuk membantu pencitraan Indonesia," katanya. Sekjen PR Society of Indonesia, Ahmed Kurnia Suriawijaya, mengatakan banyak negara telah membuat semacam pencitraan untuk tujuan yang berbeda-beda, seperti Malaysia dengan "Truly Asia", Singapura dengan "Uniquely Singapore", dan Korea Selatan dengan "Dynamic-Korea". Ahmed mengungkapkan bahwa Indonesia pernah membuat pencitraan, namun selalu berubah ubah, seperti "Indonesia, just a smile away", "Indonesia, The color of life", "Indonesia endless beauty of diversity" dan "Celebrating 100 Years of National Awakening".

COPYRIGHT © ANTARA 2008