Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi, menguat hingga di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar masih membeli rupiah ketimbang dolar AS yang dipicu kekhawatiran akan kian melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. "Krisis keuangan yang masih terjadi sampai saat ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi AS semakin melambat yang mendorong pelaku melepas dolar AS dan membeli rupiah," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Rabu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik menjadi Rp9.188/9.194 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.203/9.205 per dolar AS atau menguat lima poin. Ia mengatakan, kenaikan rupiah relatif kecil rata-rata dari tiga sampai lima poin, namun kenaikan yang berlanjut akhirnya mampu menembus angka Rp9.200 per dolar AS. "Kami optimis rupiah pada hari berikut akan kembali menguat hingga menjauhi angka Rp9.200 per dolar AS," ujarnya. Rupiah, lanjut dia, juga masih berpeluang untuk menguat lagi pada sore nanti, karena penawaran surat utang negara (SUN) yang dilakukan pemerintah masih diminati masyarakat asing dalam upaya mencari gain yang lebih besar. Selisih bunga rupiah terhadap dolar AS yang mencapai 6,75 persen (8,75-2) merupakan salah satu faktor yang menarik investor asing bermain di pasar domestik, katanya. Menurut dia, aktifnya pelaku asing menempatkan dananya di pasar domestik, karena Indonesia dinilai masih merupakan pasar potensial yang menarik untuk mencari gain yang lebih baik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik, sekalipun ekonomi global melemah, akibat krisis keuangan yang menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, negara lain, ucapnya. Rupiah yang terus menguat juga harus diwaspadai, karena kenaikan yang terlalu cepat akan memberikan dampak negatif terhadap pergerakan mata uang lokal itu. Karena itu, Bank Indonesia (BI) harus berada di pasar mengawasi pergerakan mata uang lokal itu agar tidak terpuruk, apabila ada isu negatif yang mencoba memanfaatkan situasi ini, katanya. (*)

Pewarta: anton
COPYRIGHT © ANTARA 2008