Cirebon (ANTARA News) - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, mengaku dirinya tidak begitu "ngoyo" ingin jadi presiden, karena berprinsip siapapun yang menjadi Presiden harus mampu mengubah kondisi negeri ini menjadi lebih baik dan rakyatnya lebih sejahtera. "Jangan salah, saya ngak ngoyo-ngoyo amat ingin jadi Presiden, karena prinsip saya siapapun jadi harus bisa merubah negeri ini, lebih sejahtera, lebih bermartabat dan disegani negara dan bangsa lain," kata Sutiyoso kepada wartawan di sebuah rumah makan di Cirebon, Jabar, Kamis malam. Ia mengaku, tak mudah untuk mewujudkan itu semua, tetapi meski demikian dirinya yakin bisa mewujudkannya, dengan "jam terbang" yang cukup selama karir di militer dan menjadi gubernur DKI selama dua periode. Ketika ditanya kondisi globalisasi akan semakin menyulitkan pemulihan ekonomi Indonesia, khususnya naiknya harga minyak dunia, Sutiyoso mengatakan pengembangan energi alternatif harus terus digalakkan seperti biodiesel dari jarak dan biopremium dari singkong dan tebu. "Dulu ada tanaman jarak digalakkan lalu kemudian mulai ditinggalkan karena rakyat sudah tanam jarak tetapi tidak ada yang dibeli, ini jangan sampai terjadi lagi," katanya. Ia mengungkapkan, menghadapi globalisasi dunia bangsa Indonesia bisa terus terpuruk karena rakyat Indonesia tidak kompetitif, antara lain ditandai dengan rendahnya SDM seperti Data BPS yang mencatat sekitar 60 persen rakyat Indonesia hanya lulusan SD atau tidak lulus SD. Punya keberanian Untuk mengatasi rendahnya daya saing dan ancaman harga minyak dunia, maka Presiden yang akan datang harus mempunyai keberanian untuk merombak sistem birokrasi anggaran sehingga dana pembangunan harus benar-benar terserap untuk kegiatan yang bisa menumbuhkan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, investasi yang masuk Indonesia harus benar-benar padat tenaga kerja dengan kemampuan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. "Sebelum krisis satu persen kenaikan pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 450.000 ribu tenaga kerja, tetapi setelah krisis kenaikan satu persen pertumbuhan hanya menyerap 268.000 tenaga kerja," katanya. Terkait dengan pemberantasan korupsi, Sutiyoso mempunyai harapan agar lembaga penyidik korupsi cukup satu saja tidak perlu ada tiga instansi seperti Polri, Kejaksaan dan KPK. "Kenapa mesti ada tiga lembaga yang mengurus kasus korupsi ini kan pemborosan," katanya. Ketika ditanya tentang persiapan untuk Pilpres, Sutiyoso mengatakan, hari Jumat ini, akan mengundang 10 partai-partai pendukungnya di Bang Yos Centre untuk menegaskan keinginan dirinya mencalonkan sebagai Capres 2009. Kesepuluh partai itu antara lain PDK, PDP,PKPI, PNI Marhaen, PDS, Partai Patriot, Partai Pelopor, Partai Indonesia Sejahtera, Partai Pemuda Indonesia serta Partai Pengusaha dan Pekerja. "Partai-partai tersebut sejak awal mendukung saya untuk maju, baik yang lolos atau tidak lolos verifikasi tetap saya undang," katanya yang lebih memilih berkeliling dan bertemu langsung masyarakat untuk mensosialisasikan pencalonannya. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008