PARIS, (ANTARA News) - Laga bola bagi para pelakunya ternyata menyimpan pijar kepandaian emosional. Amati saja apa yang disuarakan oleh salah seorang striker andalan Prancis David Trezeguet yang meminta kepada pelatih Raymond Domenech untuk berkaca diri setelah gagal di ajang Euro 2008. "Kami menyadari bahwa Domenech selayaknya tidak meneruskan tugas menangani Prancis, meski kadangkala orang kurang dapat menyadari apa yang menjadi konsekwensi dari tugasnya," katanya kepada harian olahraga L'Equipe. "Saya merasa bahwa Les Bleus telah menjadi satu isu nasional ketimbang isu olahraga semata." Trezeguet sendiri telah menyatakan mundur sebagai pemain sejak Rabu waktu setempat. "Sesudah gagal pada Euro 2008, saya pikir banyak orang Prancis mengatakan bahwa ia harus mengundurkan diri. Mereka tampak prihatin dengan apa yang dialami Prancis," katanya, seperti diwartakan Reuters. Pemain berusia 30 tahun itu selama ini kurang menjalin hubungan serasi dengan Domenech. Pada final Piala Dunia 2006, Prancis kalah dari Italia lewat adu penalti. Saat itu, Trezeguet gagal mengeksekusi penalti. "Apakah saya begitu saja melupakan final Piala Dunia 2006 saat melawan Italia? Cepat atau lambat, sepakbola seakan memaksa kita untuk melakukan pembalasan. Meski saya tidak memperoleh kesempatan itu karena mengundurkan diri setelah laga Euro ini," katanya. Domenech menangani Prancis sejak 2004. Setelah gagal di ajang Euro 2008, sejumlah pihak meminta dirinya lengser. Kapten timnas Prancis pada Piala Dunia 1998, Didier Deschamps disebut sebagai pengganti Domenech. Ketika menjawab pertanyaan mengenai setuju tidaknya pencalonan Deschamps, Trezeguet mengatakan, "Tidak. Saya hanya ditanya soal sosok yang pantas menggantikan Domenech." Trezeguet yang kerap dijuluki "Trezegoal" tampil sebagai peringkat kedua top skorer dalam Liga Utama Italia (Serie A) pada musim lalu dengan mengoleksi sebanyak 20 gol, bersama dengan Juventus. "Saya telah memutuskan dan saya tidak akan menariknya kembali. Jika saja Domenech memanggil saya, maka ia munafik." Trezeguet terbilang berjasa karena ia mencetak golden goal ketika Prancis memenangi Piala Euro 2000 dengan mengalahkan Italia. Meski dua tahun kemudian, ia menelah pil pahit karena gagal mengeksekusi tendangan penalti saat menghadapi Italia. Ia telah mengoleksi sebanyak 34 gol dalam 71 laga internasional, masih berada di bawah Thierry Henry dan Michel Platini, demikian diwartakan AFP. Trezeguet telah merencanakan mundur dari timnas Prancis sejak tahun lalu. "Saya tidak dapat menerima cara Domenech melatih. Saya memang bukan bagian dari tim ini, meski saya memahami apa yang sedang terjadi. Saya ikut merasakan sendiri ketika timnas Prancis menjadi juara. Ini justru membuat saya bersikap rileks." "Suatu ketika, keputusan yang bersifat politis kerap diambil dalam laga sepakbola. Mereka kurang menghormati pendapat publik." katanya. Ini laga bola. Inilah Trezeguet yang menunjukkan salah satu sisi dari mosaik kecerdasan emosional, yakni kaitan antara kebebasan berbuat dan kehendak kuat bertanggungjawab. (*)

Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008