Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa kelompok delapan negara industri maju (G-8) berharap realisasi dari negosiasi terkait perdagangan bebas WTO di Doha dapat disepakati pada pertemuan "Free Trade Asean-India" pada 21 Juli 2008. "Kebijakan untuk sektor perdagangan yang terkait dengan G-8 adalah sebenarnya dari semua negara menyuarakan bahwa realisasi negosiasi Doha Round bisa ada titik temunya pada 21 Juli 2008, bisa disepakati," katanya di Jakarta, Jumat. Dia mengatakan, ada anggapan kesepakatan untuk merealisasikan pertemuan Doha tersebut sangat penting dalam kerangka keseluruhan untuk menciptakan kepastian iklim perdagangan di dunia. Selain itu, dia mengatakan, masalah kedua yang dibahas adalah masalah pangan, karena subsidi dan dukungan domestik yang digunakan negara maju menciptakan harga yang artifisial sehingga tidak memberi insentif yang cukup untuk mendorong produksi di negara lain. Oleh karena itu, menurut dia, ada keinginan supaya kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Doha berhasil karena salah satu hal yang di perjuangkan Indonesia adalah bagaimana subsidi dan dukungan domestik negara maju tidak mendistorsi perdagangan sehingga mendistorsi insentif untuk produksi negara lain, ujar dia. "Ini salah satu perjuangan kita. Tapi, dalam kelompok G-33 kita meminta tetap ada proteksi terhadap sektor-sektor strategis yang melibatkan banyak petani, seperti beras yang strategik produk selain gula, kedelai, dan jagung," ujar dia. Selain pangan, Mari mengatakan, pertemuan G-8 juga membahas masalah keamanan energi (energy security). Sebagian besar negara setuju, walaupun ada kenaikan harga yang disebabkan oleh spekulasi sehingga harus ada penertiban yang terjadi di financial market, tapi ternyata lebih banyak yang setuju bahwa ini masalah pasokan dan permintaan. Jadi, jalan keluarnya adalah bagaimana meningkatkan produksi minyak dan energi alternatif. Selain itu, Mari mengatakan, dalam pertemuan negara-negara industri maju yang bergabung dalam G-8 yang dilangsungkan di Hokkaido, Jepang, tersebut juga membahas masalah pemanasan global, dimana memang Indonesia merupakan ketua dari penyelesaian masalah itu. "Kita diundang di dua sesi, yakni sesi pemanasan global dan kedua ekonomi dunia terkait meningkatnya harga pangan dunia serta isu energi," ujarnyanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008