New York, (ANTARA News) - Jenazah pendaki Indonesia Pungkas Tri Baruno yang meninggal dunia usai menancapkan bendera Merah-Putih di puncak Gunung McKinley, Alaska, pada Jumat sore telah berada di rumah duka di Anchorage setelah berhasil dievakuasi Kamis (10/7) malam dari ketinggian 5.242 meter McKinley. Menurut perkembangan terakhir situasi di Anchorage, jenazah Pungkas kemungkinan baru dapat diterbangkan ke Indonesia pada Rabu (16/7) pagi waktu Alaska. Jenazah mahasiswa Mercu Buana Jakarta itu pada Jumat siang dibawa dari Talkeetna--desa yang berada di kaki gunung McKinley dan bisa ditempuh melalui jalan darat selama dua jam dari Anchorage. "Sekarang sudah ada di `funeral home` di sini. Tapi kami belum dapat akses ke sana. Jadi kami masih menunggu informasi selanjutnya dari pihak berwenang soal kapan kami bisa melihat jenazah," kata Kepala Bidang Konsuler KJRI San Fransisco Okto Dorinus Manik ketika dihubungi ANTARA, Jumat petang. Menurut Okto, jenazah Pungkas pada Jumat telah menjalani proses pemeriksaan medis serta otopsi. Dengan demikian, jenazah sudah boleh dibawa untuk dipulangkan ke Indonesia namun hasil otopsi untuk mengetahui penyebab kematian Pungkas baru akan dikeluarkan dalam waktu sekitar enam minggu kemudian. Kendati sudah dapat dibawa pulang, menurut Okto jenazah Pungkas belum dapat diterbangkan ke Jakarta akhir pekan ini. "Kemungkinan baru Rabu pagi karena surat kematian dari pihak berwenang di sini tidak dikeluarkan pada hari-hari libur," ujarnya. Okto juga mengungkapkan bahwa pihak KJRI San Fransisco telah melakukan pemesanan tiket untuk kepulangan jenazah. "Tapi pemberangkatan tergantung dari perkembangan di sini. Kalau lancar, hari Rabu kita sudah bisa membawa jenazah ke Indonesia," ujar Okto, yang akan ikut terbang ke Jakarta untuk membawa jenazah Pungkas. Menurut rencana, jenazah Pungkas pada Selasa (15/7) mendatang akan dikafani dan disholatkan. "Kebetulan di sini (Anchorage, red) ada komunitas muslim, yang anggotanya juga banyak orang Indonesia," kata Okto. (*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008